Inovasi Produk Buahkan Laba Pertama untuk Generali
Oleh
DD01
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Perusahaan asuransi Generali Indonesia membukukan laba untuk pertama kalinya setelah delapan tahun beroperasi di Indonesia. Pada 2017, Generali meraih laba bersih sebesar Rp 61,3 miliar.
Chief Executive Officer (CEO) Generali Indonesia Edy Tuhirman di Jakarta, Senin (23/4/2018), mengatakan, persaingan industri asuransi amat menantang. Generali perlu memberikan nilai tambah bagi nasabah untuk ambil peran dalam persaingan tersebut.
“Setiap tahun kami berkembang, menciptakan inovasi baru yang sesuai dengan perubahan kebutuhan nasabah dan perkembangan teknologi. Inovasi produk, proses, dan layanan itulah yang mendukung perumbuhan jalur distribusi, baik dalam hal keagenan, bancassurance, maupun bisnis grup,” kata Edy.
Berbagai inovasi yang dibuat membuahkan hasil. Pada 2016, Generali masih merugi sebesar Rp 52,39 miliar. Akan tetapi, pada 2017, mampu meraih laba bersih sebesar Rp 61,3 miliar atau naik sebesar 217 persen.
Selain meraih laba pertama, jumlah dana kelolaan Generali pada 2017 juga meningkat 31 persen dibandingkan periode yang sama pada 2016, yaitu menjadi Rp 4,4 triliun. Rasio solvabilitas mencapai 317 persen, lebih tinggi 2,6 kali lipat dibandingkan batas minimum yang ditetapkan pemerintah, yaitu 120 persen.
Premi bruto Generali naik 21 persen dibandingkan 2016, yaitu dari Rp 2,6 triliun menjadi Rp 3,2 triliun. “Kenaikan ini didorong oleh kinerja produk unit link yang tumbuh 27 persen sebesar Rp 2,7 triliun,” ujar Edy. Di samping itu, dana klaim kepada nasabah juga naik sebesar 32 persen, yaitu dari Rp 413,4 miliar pada 2016 menjadi Rp 544,5 miliar pada 2017.
Memasuki 2018, Edy menambahkan, Generali fokus pada penguatan produk. Selain itu, perusahaan asal Italia itu juga menguatkan digitalisasi penjualan dan layanan nasabah.
Salah satu produk unggulan Generali tahun ini adalah Medical Plan, yang diluncurkan hari ini. Produk tersebut merupakan asuransi kesehatan yang menawarkan pembayaran biaya klaim sesuai tagihan rumah sakit.
Menurut Edy, Medical Plan dibutuhkan masyarakat di tengah tren biaya perawatan kesehatan yang terus meningkat. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), biaya perawatan kesehatan naik sebesar 10 persen per tahun.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat, biaya klaim kesehatan di Indonesia pun tumbuh 10 persen per tahun. Pada 2017, biaya klaim kesehatan mencapai Rp 9,3 triliun.
“Kita berada di era yang sangat dinamis dan fluktuatif. Nasabah membutuhkan kepastian baik dari segi dana maupun perlindungan,” kata Edy. Adapun Medical Plan memberikan kebebasan nasabah menentukan target dana yang ingin dicapai. Selain itu, produk ini juga menawarkan bonus hidup sehat sebesar uang pertanggungan ketika nasabah memasuki usia 85 tahu. Oleh karena itu, total uang pertanggungan yang akan diterima adalah dua kali lipat dibandingkan produk biasa.