JAKARTA, KOMPAS - Ekspor ikan kerapu hidup masih terkendala. Dengan potensi pasar yang besar, belum banyak investor yang menggarap kapal pengangkut untuk komoditas kerapu hidup.
Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), saat ini terdapat 181 pelabuhan muat singgah untuk kapal pengangkut ikan hidup. Jumlah kapal pengangkut ikan hidup berbendera asing berjumlah 13, sedangkan kapal pengangkut ikan hidup lokal berjumlah 14.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto di Jakarta, Senin (23/4/2018), mengemukakan, investasi kapal pengangkut ikan hidup ekspor membutuhkan biaya besar. Selama ini, tujuan utama ekspor ke China. Namun, pengusaha Indonesia tidak ada yang punya jaringan pemasaran kerapu hidup ke 20 kota di China. Sementara itu, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan juga tidak memiliki pengusaha lokal yang mempunyai kapal angkut ikan hidup, karena mereka tidak ada pengusaha yang mempunyai jaringan pemasaran kerapu hidup ke 20 kota di China.
Menurut Ketua Asosiasi Budidaya Ikan Laut Indonesia (Abilindo) Wajan Sudja, permintaan kerapu dari China mencapai 400.000 ton, tetapi hanya bisa terpenuhi sedikit karena keterbatasan pengangkutan. Harga kerapu hidup di pasar internasional berkisar 12-60 dollar AS per kilogram.
Saat ini, China gencar mengembangkan budidaya kerapu. Hal itu membuat pengusaha ragu untuk berinvestasi. Wajan menilai, lebih efektif menjual kerapu hidup secara grosir dengan pembeli asal Hong Kong yang langsung mengangkut kerapu hidup dari Taiwan, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia dengan kapal pengangkut khusus ikan hidup berbendera Hong Kong.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengakui, belum ada kapal ikan dalam negeri yang mengekspor ikan hidup karena membutuhkan modal tinggi dan perizinan. ”Seiring waktu, jika potensi pasar besar, dengan sendirinya investasi kapal pengangkut ikan hidup akan tumbuh,” ujarnya. (LKT)