JAKARTA, KOMPAS — Ketidakpastian ekonomi global menjadi penyebab Indeks Harga Saham Gabungan sulit keluar dari zona merah perdagangan. Optimisme publik tengah dibangun untuk memperbaiki psikologi pasar modal.
IHSG pada penutupan perdagangan Kamis (26/4/2018) masih berada di zona merah pada posisi 5.909,20. Posisi ini melemah 170,65 poin atau 2,81 persen. Secara akumulasi, dalam lima hari perdagangan berturut-turut IHSG melemah hingga 7,03 persen.
Dalam keterangan persnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio memastikan penyebab melorotnya IHSG adalah kepanikan pasar dalam menyikapi ketidakpastian ekonomi dalam negeri. Satu-satunya cara memperbaiki situasi ini adalah membangun kembali optimisme pasar.
”Saat (Donald) Trump memenangkan Pemilu AS pada periode 16-23 Desember 2016, IHSG sempat turun 3,9 persen. Namun hanya dalam waktu seminggu IHSG berhasil naik 5,35 persen,” ujar Tito.
Sebagai upaya meningkatkan optimisme pasar, Tito menegaskan tidak ada dana asing investor yang keluar dari Indonesia. Secara year on year, investor asing sudah mengeluarkan dana dari pasar saham sebesar 7 miliar dollar AS. Sementara dana asing yang masuk ke pasar saham lewat obligasi mencapai 8,5 miliar dollar AS.
Adapun jumlah saham aktif yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia sebesar 85 persen. Jumlah ini lebih tinggi dari Singapura yang hanya 65 persen.
Tito pun optimistis pertumbuhan di pasar modal masih sangat baik karena revenue pasar modal Indonesia terhitung baik jika dibandingkan dengan pasar modal lain di Asia.
”Dana asing uangnya masih ada di negara ini. Investor aktif rata-rata ada 410.000 dibandingkan tahun kemarin sebesar 31.000 per hari,” ujar Tito.
Untuk mengurangi persepsi negatif investor asing, Tito berharap pemerintah memperpendek periode libur Idul Fitri. Surat keputusan bersama tiga menteri sebelumnya menetapkan cuti bersama berlangsung dari 11 Juni hingga 20 Juni 2018.
Tito menjelaskan, liburan yang mencapai dua minggu waktu perdagangan mengundang banyak pertanyaan investor asing. ”Pemodal khawatir terjadi sesuatu selama dua pekan liburan. Untuk mendapatkan kepastian, mereka mengambil posisi jual,” ujarnya.
Dalam setahun, rata-rata jumlah hari libur BEI mencapai 22-23 hari. Jumlah itu lebih besar dari rata-rata libur bursa yang ada di wilayah Asia Tenggara yang rata-rata mencapai 18 hari per tahun.
Dihubungi secara terpisah, analis Danareksa Sekuritas, Lucky Bayu Purnomo, mengatakan, pelemahan IHSG masih disebabkan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Namun, jika dilihat secara teknikal, kata Lucky, peluang terjadinya rebound cukup lebar. Pasalnya, pergerakan IHSG sudah menunjukkan jenuh jual (oversold). ”Ketika pergerakan dollar AS mengalami kenaikan, ada koreksi wajar,” ujarnya.
Pelemahan IHSG diprediksi masih akan berlanjut pada penutupan perdagangan akhir pekan ini karena dollar AS berpotensi menguat. Selain itu, ada juga potensi kenaikan suku bunga The Fed dan kenaikan harga minyak dunia.