Lukisan Semi Digital, Memadukan Seni dan Teknologi
Oleh
Joice Tauris Santi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Melukis, tidak hanya dapat dilakukan dengan tangan tetapi juga dengan bantuan teknologi. Perpaduan antara teknologi dengan kemahiran menyapukan kuas-kuas menghasilkan karya seni yang apik dan awet.
“Proses untuk membuat lukisan semi digital ini agak panjang. Mulai dari melapisi kayu hingga penyelesaian akhir,” kata Zakasf, Creative Marketing Officer dari Zaka Digital Creative Gallery di sela-sela pameran Inacraft, di Jakarta Kamis (26/4).
Pemuda dari Kediri ini memaparkan, gambar yang akan dilukis diolah dengan program Photoshop di komputer. Langkah ini untuk memperbaiki kualitas gambar seperti mencari kontras yang lebih baik atau menusir bagian-bagian yang hendak ditonjolkan sehingga lukisan menjadi lebih indah, mungkin bahkan lebih indah dari aslinya.
Setelah itu, gambar dicetak di bahan dasar kayu atau kanvas seperti lukisan pada umumnya. Selesai gambar tercetak, tangan terampil Zakasf pun mulai melukis hasil cetakan itu dengan kuas. Dia mengatakan, walaupun sudah menggunakan teknologi, keterampilan melukis sangat menentukan hasil akhir lukisannya.
“Sebenarnya teknik ini sudah lama, tetapi tidak terlalu banyak yang mengembangkan,” kata dia lagi. Untuk mendapat hasil cetakan, Zakasf menggunakan tinta oplosan yang diraciknya sendiri. Dia sangat merahasiakan tinta itu terdiri atas campuran tinta apa saja.
“Saya jamin, tinta ini tidak luntur. Saya berani memberikan garansi selama lima tahun, lukisan ini tidak pudar. Kalau pudar, saya akan membuatkan yang baru, gratis. Mungkin hanya harus membayar ongkos kirim saja nanti,” kata dia setengah berpromosi.
Bahkan, mesin cetaknya pun dibuat sendiri. “Mesin cetak saya tidak ada di pasaran, saya buat sendiri, modifikasi sendiri,” kata dia.
Walaupun baru mulai pada awal tahun 2017 lalu, galerinya yang berada di Mengkikis, Purwoasari, Kediri, sudah menghasilkan banyak karya lukis hasil perpaduan antara teknologi dengan keterampilan tangan ini.
Pelanggannya banyak berasal dari kota-kota di pulau Jawa dan Bali. Beberapa pelanggan juga berasal dari luar negeri.
Lukisan yang paling murah berukuran sekitar 18x18 sentimeter dan beralas kayu dihargai sebesar Rp 300.000. Sementara lukisan kanvas dibanderol seharga Rp 200.000. Semakin besar dan semakin rumit lukisan, tentu harganya semakin mahal.
Sebagian pelanggannya memberikan lukisan diri untuk diolah menjadi lukisan digital. Untuk pelanggan di Bali, banyak yang meminta Zakasf mendigitalkan foto-foto keseharian mereka di Bali. Karyanya banyak digunakan sebagai dekorasi penginapan di tempat-tempat wisata.
Walaupun baru memulai usahanya, anak muda ini begitu bersemangat memperkenalkan karyanya. Sembari berharap karyanya dapat diterima lebih luas lagi.