Tak banyak yang tahu bahwa bunga juga bisa dimakan. Bunga-bunga memberi rupa yang lebih menarik dan memberi tambahan rasa tertentu. Di era media sosial, yang kadang menjadi tempat sebagian orang menunjukkan eksistensi, bisnis bunga yang bisa dimakan kini makin berkembang dan menjanjikan.
Chef Eric KHM dengan semangat menjelaskan menu makanan Nusantara malam itu, dari makanan Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Bali. Ia meramu berbagai bumbu dan bahan baku hingga menjadi makanan yang lezat. Penampakan makanan indah dan unik. Ada bunga sebagai penghias makanan sehingga banyak tamu asyik memotret makanan berkali-kali.
”Tren bunga untuk makanan belum lama berlangsung. Saya menduga tahun lalu tren ini marak di kalangan pemilik restoran dan juru masak. Bunga di dalam makanan bisa digunakan untuk hiasan sehingga kenampakan makanan lebih bagus dan juga menambah rasa,” kata Eric.
Ia bereksperimen sejak tahun lalu dengan cara mencari informasi di internet dan mencari di lapangan. Bunga untuk makanan atau yang dikenal sebagai edible flower belum terlalu berkembang di Indonesia.
Beberapa bunga yang dapat dimakan antara lain marigold, bunga bawang, cosmos, pea biru, impatiens, dan rose. Para pemilik kebun biasanya mencari informasi melalui buku dan internet untuk memastikan bunga tersebut bisa dimakan. Mereka mulai coba-coba menanam dan mengembangkan bunga untuk makanan di samping bisnis tanaman lainnya.
”Di luar negeri berkembang dan banyak penelitian tentang bunga untuk dimakan. Di Indonesia saya sering mencari informasi di internet kemudian ketika menemukan di lapangan saya ambil fotonya. Dengan menggunakan perangkat lunak, kita bisa memastikan nama dengan cara memadankan foto bunga itu di beberapa laman sehingga bisa ditentukan jenisnya, bisa dimakan atau tidak,” kata Eric.
Beberapa pemilik restoran juga mulai menggunakan bunga yang bisa dimakan.
Meilati Batubara, pemilik Restoran Nusa, mengatakan, ia telah menggunakan bunga yang bisa dimakan sejak beberapa waktu lalu. Bunga ini untuk memperindah penampilan makanan.
Sementara Swan Kumarga, pemilik Dapur Solo, juga pernah bereksperimen dengan menggunakan bunga yang bisa dimakan. Ia sependapat jika kehadiran bunga itu memperindah penampilan makanan sehingga membangkitkan selera makan.
Kebun bunga
Di antara sedikit yang mengembangkan bunga untuk makanan adalah para pemilik kebun bunga dan tanaman lainnya. Mereka juga mengaku belum lama mengembangkan tanaman ini. Belakangan, permintaan itu mulai meningkat.
Lusi, pemilik Sweet Lovage, menceritakan, sejak 2015, permintaan bunga untuk makanan mulai terlihat. Kala itu ada juru masak di Indonesia yang menghubunginya dan meminta bunga yang bisa dimakan. Selama ini, Lusi sudah menanam beberapa bunga. Dengan adanya permintaan itu, ia mempelajari bunga untuk makanan dan mengembangkannya.
”Karena ada permintaan, saya kemudian mempelajarinya dari buku. Dulu kita hanya melihat beberapa chef di luar negeri yang menggunakan bunga untuk makanan di televisi. Namun, setelah 2015, lebih banyak yang memakai di Indonesia. Permintaan itu meningkat karena mereka mengabarkan dari mulut ke mulut tentang bunga yang bisa dimakan,” katanya.
Kendati permintaan meningkat, Lusi mengaku berhati-hati dalam memasarkan dan memberi informasi mengenai bunga-bunga yang bisa dimakan. Sebab, masyarakat belum memahami bunga yang bisa dimakan secara mendalam sehingga bisa salah persepsi.
”Saya agak khawatir ada yang salah menangkap informasi. Misalnya, ada bunga yang selama ini dikenal sebagai bunga potong tetapi ternyata bisa dimakan. Apabila informasi ini diberikan, orang akan makan bunga potong itu padahal ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Kita perlu menjelaskan perbedaannya, seperti cara menanamnya. Bunga untuk dimakan tersebut ditanam dengan memperhatikan faktor higienitas. Tanaman tidak menggunakan pestisida karena bunga akan dimakan. Saya khawatir bunga potong yang dijual mengandung pestisida yang kadarnya tidak kecil sehingga bisa berbahaya,” katanya.
Lusi menuturkan, ia banyak belajar dari juru masak asing tentang bunga yang bisa dimakan. Saat ini, dia menjual bunga untuk makanan dengan harga bervariasi, mulai Rp 250 per item sampai dengan Rp 3.000 per item. Perbedaan harga berdasarkan ukuran dan ketahanan selama masa penyimpanan.
”Saya mengusahakan harga tidak terlalu tinggi agar banyak orang mencoba. Mengenai permintaan, pernah ada yang meminta hingga ribuan item. Pesanan bergantung pada acara. Untuk bunga tertentu bisa dipesan 2-3 hari sebelumnya. Ada juga yang butuh banyak, Biasanya mereka menginformasikan empat hari sebelumnya. Kadang pesanan bisa dipenuhi, tetapi kadang tidak bisa karena hujan dan kadang bunga itu tidak dalam musimnya sehingga memengaruhi pasokan,” kata Lusi.
Santhi Serad, pemilik Bumi Herbal, yang selama ini dikenal mengembangkan tanaman herbal untuk kuliner, sejak beberapa waktu lalu sudah mulai mengembangkan bunga untuk makanan ini. Ia mengaku baru menanam dan mengembangkan bunga telang yang permintaannya di pasar cukup besar.
Prospek bisnis bunga untuk makanan ini diperkirakan akan semakin bagus. Penampilan di dalam foto yang harus menarik menjadikan beberapa orang menambahkan bunga untuk mempercantik penampilan makanan. Apalagi, saat ditampilkan di media sosial, sehingga penuh warna. Namun, Eric dan Santhi mengingatkan, bunga tidak asal ditampilkan karena beberapa bunga memiliki fungsi berbeda, seperti untuk menu pembuka, menu utama, dan menu penutup, sehingga tidak boleh asal-asalan.