Direksi Dinilai Gagal, Pilot Garuda Ancam Mogok Kerja
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Pilot PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk hendak mogok kerja. Ancaman ini dilatarbelakangi laporan kinerja keuangan perusahaan yang mencerminkan kegagalan jajaran direksi.
Aksi mogok kerja itu akan direalisasikan Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Serikat Bersama Serikat Karyawan maskapai Garuda Indonesia pada 21 hari kerja yang terhitung sejak Rabu (2/5/2018), jika tuntutan mereka tidak dipenuhi. Kedua organisasi itu meminta pergantian direksi.
Adapun jumlah pilot yang tergabung dalam APG sebanyak 1.370 orang dari 1.500 pilot secara keseluruhan di Garuda Indonesia. "Kami semua akan mogok kerja pada seluruh rute," Ketua Harian Sekarga Tommy Tampatty dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan informasi pada halaman situs Garuda Indonesia, jajaran direksi saat ini terdiri dari Direktur Utama Pahala Nugraha Mansury, Direktur Layanan Nicodemus Panarung Lampe, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Helmi Imam Satriyono, Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum Linggarsari Suharso, Direktur Kargo dan Niaga Internasional Sigit Muhartono, Direktur Niaga Domestik Nina Sulistyowati, Direktur Tenik I Wayan Susena, dan Direktur Operasi Triyanto Moeharsono.
Dari delapan direktur itu, Sekarga dan APG meminta pengurangan orang menjadi enam direktur. "Enam orang itu terdiri dari direktur utama, direktur teknik, direktur operasi, direktur pemasaran, direktur keuangan, dan direktur layanan," kata Ketua Umum Sekarga Ahmad Irfan Nasution.
Salah satu kebijakan direksi yang dinilai menyebabkan kerugian berkaitan dengan sistem penjadwalan ulang kru pada November 2017. Kebijakan ini menyebabkan sejumlah pembatalan dan penundaan penerbangan yang memuncak pada Desember 2017.
Menurut Irfan, pembatalan dan penundaan ini menyebabkan Garuda Indonesia merugi. Pada laporan keuangan 2017, kerugiannya mencapai 213.389.678 dollar AS atau sekitar Rp 2,97 triliun (1 dollar AS setara dengan Rp 13.936).
Selain itu, penundaan dan pembatalan itu berdampak pada penurunan kinerja ketepatan waktu sebesar 3,47 persen menjadi 86,4 persen pada 2017. Rata-rata harga kursi penumpang pun turut turun 3,17 persen menjadi 6,71 dollar AS atau Rp 93.500.
Dihubungi secara terpisah, Pakar Penerbangan dari Ikatan Alumni Jerman sekaligus mantan Regional Sales Director Airbus Jerman Henry Tedjadharma berpendapat, enam direktur merupakan jumlah ideal dalam mengelola industri penerbangan. Enam direktur terdiri dari direktur utama, direktur keuangan, direktur SDM, direktur komersial, direktur teknik, dan direktur operasional.
Untuk bidang layanan, Henry mengatakan, dapat menjadi tanggung jawab direktur komersial. "Selain memiliki kompetensi di bidang masing-masing, seperti pengelolaan SDM atau keuangan, jajaran direksi sebaiknya memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam industri penerbangan," ujarnya.
Melalui rilis yang disampaikan, Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum Linggarsari Suharso mengatakan, pihaknya membuka sesi musyawarah terkait tuntutan yang diajukan Sekarga. Sementara itu, apabila aksi mogok kerja terjadi, Garuda Indonesia sudah menyiapkan antisipasi sehingga dapat tetap beroperasi normal.
Antar-jemput pilot
Kebijakan dalam pengelolaan sumber daya manusia juga disoroti. Salah satunya ialah, pengalihan fasilitas antar-jemput pilot menjadi pemberian uang transportasi.
Irfan memaparkan, fasilitas antar-jemput memakan biaya kira-kira Rp 500.000 per pilot untuk setiap tugas penerbangan. Sementara, uang transportasi yang diberikan sebesar Rp 450.000.
Menurut Irfan, penghematan biaya tersebut tidak sebanding dengan risiko keselamatan dan keamanan pilot. "Jika pilot harus membawa kendaraan sendiri, ada risiko kelelahan dan kemacetan," ujarnya.(JUD)