JAKARTA, KOMPAS - Minat masyarakat untuk membeli properti menunjukkan tren meningkat dalam kurun triwulan I-2018. Beberapa indikator antara lain tren kenaikan indeks harga properti, khususnya tipe rumah kecil.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengemukakan, kondisi properti pada triwulan I (Januari-Maret) 2018 menunjukkan tren positif. Hal ini sejalan dengan kondisi inflasi yang diprediksi tetap terkendali. Sektor properti menjadi sinyal kondisi ekonomi membaik.
“Inflasi terkendali akan mendorong minat (beli) properti. Keinginan untuk investasi dan membeli rumah tetap baik,” kata Josua, dalam Diskusi Rumah.Com Property Index (RPI) triwulan I-2018 di Jakarta, Rabu (2/5).
Seiring tahun politik, ada kecenderungan pemerintah akan berupaya menjaga harga tetap stabil, sehingga masyarakat lebih optimistis. Momentum Pilkada mendorong perputaran uang di daerah cukup besar. Di sisi lain, ada tren kenaikan harga komoditas yang mendorong daya beli dan tingkat belanja masyarakat meningkat, khususnya di daerah penghasil komoditas.
Dari survey konsumen oleh Bank Indonesia pada 2017, sebanyak 22 8 persen responden BI menyatakan akan beli rumah dalam 12 bulan mendatang. Sedangkan, 28,3 responden menyatakan mungkin untuk membeli, membangun atau merenovasi rumah.
Saat ini, sebagian konsumen properti di Indonesia mengandalkan kredit perbankan untuk kepemilikan properti. Sekitar 76 persen konsumen membeli rumah lewat kredit pemilikan rumah (KPR) atau kredit pemilikan apartemen (KPA), sedangkan 14 persen secara tunai. Dari nilai outstanding kredit perbankan Rp 4.700 triliun, porsi KPR berkisar Rp 400 triliun.
Josua mengingatkan, perlu dicermati tren kenaikan suku bunga global yang berpotensi mendorong kenaikan suku bunga acuan (BI rate) di Indonesia. AS berencana menaikkan suku bunga hingga 3-4 kali tahun ini. Sementara itu, beberapa negara seperti Malaysia, China dan Singapura sudah mulai menaikkan suku bunga.
“Sebelum suku bunga naik, ini saatnya membeli properti,” kata Josua.
Head of Marketing Rumah.com Ike Hamdan mengemukakan, dalam satu tahun terakhir, pasar properti nasional menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Berdasarkan RPI pada triwulan I (Q1) 2018, menunjukkan, median harga properti nasional tercatat 104,7 atau naik 1,06 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
RPI didapat dari analisis terhadap 400.000 properti yang ditampilkan di laman Rumah.com dan diakses oleh 5,5 juta pengunjung setiap bulan. Indeks dibuat berdasarkan level harga per Q1-2015.
RPI juga menunjukkan kenaikan indeks 8,1 persen untuk sisi suplai properti residensial jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan suplai properti itu berlangsung pada provinsi padat hunian seperti DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Timur.
Minat responden terhadap residensial umumnya di kisaran harga di bawah Rp 750 juta per unit. Di Jakarta dan sekitarnya, misalnya, hunian semakin mendekati fasilitas transportasi publik, seperti kereta ringan (LRT), angkutan cepat terpadu (MRT), kawasan berorientasi transit (TOD), dan jalan tol.
Country Manager Rumah.Com Marine Novita, mengemukakan, di tengah harga lahan dan properti di Jakarta yang sudah sangat tinggi, sebagian masyarakat mencari hunian yang lebih terjangkau di wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Pembangunan infrastruktur dan transportasi publik perlu lebih gencar guna memberikan kemudahan akses bagi masyarakat yang tinggal di pinggiran Jakarta.
“Akses transportasi publik perlu gencar dilakukan untuk menjangkau wilayah di sekitar Jakarta,” kata Marine.