JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk kian serius mengembangkan pasar kredit pemilikan rumah atau KPR dengan membidik generasi milenial yang masih terkendala akses pembiayaan. Generasi milenial lahir pada 1980-1999.
Executive Vice President Consumer Loans Bank Mandiri Ignatius Susatyo Wijoyo di Jakarta, Kamis (3/5/2018), mengemukakan, bisnis properti cukup menarik bagi perbankan. Portofolio KPR Bank Mandiri terus tumbuh dalam lima tahun terakhir.
Hingga 31 Maret 2018, penyaluran KPR Bank Mandiri mencapai Rp 40,45 triliun atau tumbuh 11,11 persen dalam setahun. Adapun kredit bermasalah (NPL) properti di kisaran 2 persen atau di bawah rata-rata NPL industri perbankan sebesar 2,9 persen.
Perumahan merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat. Di Jakarta, misalnya, 53,87 persen penduduk belum menempati rumah sendiri. Pasar properti menunjukkan tren meningkat dan kesadaran kaum milenial untuk memiliki rumah merupakan peluang bagi bisnis KPR.
”Kami serius mengembangkan pasar KPR untuk membantu warga yang ingin punya rumah di Indonesia. KPR menjadi fokus utama untuk pertumbuhan kredit ritel di Bank Mandiri,” kata Susatyo dalam konferensi pers Mandiri Property Expo 2018. Pameran itu berlangsung pada 5-13 Mei 2018 di Jakarta Convention Center.
Mandiri Property Expo 2018 rencananya diikuti 18 pengembang dengan 70 proyek properti di Jabodetabek. Selama pameran, target pencairan KPR Mandiri berkisar Rp 400 miliar.
Kemudahan milenial
Menurut Susatyo, tahun ini Bank Mandiri berencana merilis skema angsuran berjenjang untuk memudahkan kaum milenial mengakses KPR. Angsuran berjenjang itu berupa jumlah angsuran KPR ringan dalam kurun 3 tahun pertama KPR yang selanjutnya dinaikkan secara bertahap.
Dalam skema angsuran berjenjang, pihaknya tidak sekadar menghitung rasio pembayaran utang (DSR) sewaktu pinjaman dikucurkan, tetapi juga mempertimbangkan potensi kenaikan upah dalam kurun 10-15 tahun sesuai tenor pinjaman. Dicontohkan, untuk tenor pinjaman 10-15 tahun, maka angsuran pada 3 tahun pertama akan lebih ringan lalu dinaikkan bertahap.
”Kalau di awal (nominal angsuran) dihantam langsung (besar), teman-teman milenial enggak bisa dapat pilihan rumah yang cukup baik. Dengan angsuran berjenjang, nasabah milenial punya lebih banyak pilihan (rumah),” ujarnya.
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Daerah Realestat Indonesia (REI) Jakarta Arvin Iskandar mengemukakan, tahun politik dinilai tidak akan memperlemah pasar properti. Kondisi pasar properti lebih banyak dipengaruhi tingkat suku bunga kredit dan kemudahan akses kredit. Hingga saat ini, 95 persen pembelian rumah menggunakan fasilitas KPR.
”Suku bunga KPR menjadi kunci. Tingkat suku bunga kredit yang rendah akan menjadi pemicu kenaikan pasar properti,” ujarnya.
Tahun ini, kondisi pasar diperkirakan tumbuh lebih baik. Pertumbuhan pasar properti di DKI Jakarta diprediksi 4-5 persen. Selama triwulan I-2018, permintaan rumah tapak tumbuh 5-10 persen dibandingkan tahun lalu.