Rangkaian Kongres Federasi Realestat Internasional (FIABCI) Dunia ke-69 di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 28 April-2 Mei 2018 mengerucut pada dua hal. Pertama, menjawab persoalan urban. kedua, memperkokoh jaringan porperti dan realestat dunia.
FIABCI merupakan perkumpulan pelaku properti dan realestat dunia. FIABCI didirikan Pierre Colleville di Perancis pada 1945. FIABCI mencakup 65 negara, 100 asosiasi profesional, 65 institusi akademik, dan 3.000 anggota dari semua profesi di sektor real estat. Aktivitasnya antara lain membangun jaringan global, mengembangkan bisnis internasional, pendidikan dan riset, serta advokasi di industri realestat.
Melalui tema "Happy Cities", Kongres FIABCI Dunia di Dubai menjawab persoalan urban dengan menerapkan program penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kota inklusif. Kota inklusif merupakan kota layak huni bagi semua kalangan, baik anak-anak, orang tua, maupun difabel. Ukuran kota tidak hanya soal kesejahteraan ekonomi, tetapi juga rasa aman dan nyaman bagi yang tinggal di dalamnya.
Kongres FIABCI di Dubai itu meletakkan dasar pembangunan kota yang mengedepankan kemanusiaan. Sebuah kota harus layak huni bagi semua kalangan, mampu menjawab persoalan urban, dan mengedepankan pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.
FIABCI siap berkolaborasi dengan pemerintah dalam bidang pengembangan wilayah kota untuk mengatasi persoalan urban. Dengan jaringan internasionalnya, federasi itu siap berinvestasi, baik di sektor properti, jasa konsultan, pendidikan dan riset perkotaan, maupun perencanaan kota.
FIABCI memandang persoalan urban sangat penting karena dari waktu ke waktu jumlah penduduk kota-kota besar dengan sumber ekonomi tinggi akan terus bertambah. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat, pada 2014 sebanyak 54 persen masyarakat dunia saat ini tinggal di kota. Jumlah ini diperkirakan meningkat pada 2050 menjadi 66 persen. Badan Pusat Statistik menyebutkan, pada 2015 hampir separuh penduduk RI tinggal di kota. Jumlah itu diproyeksikan naik menjadi 67 persen pada 2035.
Pertambahan penduduk di kota menimbulkan pekerjaan rumah bagi pemerintah. Penduduk berpenghasilan rendah kesulitan memperoleh tempat tinggal; kota semakin padat dan macet; kebutuhan air bersih meningkat; dan tingkat kriminalitas meningkat.
Realestat Indonesia (REI) menjawab persoalan urban itu dengan merealisasikan program sejuta rumah bersama pemerintah. REI membawa konsep itu ke dunia agar bisa diterapkan di negara-negara lain yang memiliki persoalan yang sama dengan Indonesia.
Sebagaimana dikemukakan Ketua Umum REI yang juga Presiden FIABSI Asia Pasifik periode 2018-2019 Soelaeman Soemawinata, dalam program itu terangkum konsep kebijakan pemerintah, skema pembiayaan, peran swasta, dan keberpihakan terhadap masyarakat berpenghasilan rendah. Di negara-negara anggota FIABCI, baru Indonesia yang menerapkan kerja sama pemerintah dengan swasta dalam penyediaan rumah. Di negara lain, program itu ditangani pemerintah.
Dalam Kongres itu, REI juga berkomitmen mendatangkan investasi ke Indonesia dan membuka peluang investasi Indonesia ke negara lain. Bentuk komitmen itu tertuang dalam nota kesepahaman dengan realestat Dubai, Vietnam, dan Korea Selatan. Untuk menjembatani komunikasi dengan jaringan realestat internasional, REI merintis penghubung di masing-masing negera anggota FIABSI.
Namun, ada satu tema penting yang terlewatkan dalam Kongres FIABCI Dunia tersebut, yaitu persoalan pangan urban. Dengan semakin banyak masyarakat yang tinggal di kota, jumlah kebutuhan pangan di perkotaan semakin meningkat. Di sisi lain, terjadi tenaga kerja di desa, terutama petani, semakin berkurang. Lahan-lahan pangan pun banyak yang berubah menjadi permukiman seiring dengan pertumbuhan kota-kota baru di sekeliling kota lama.
Maka, solusi pangan urban menjadi sangat penting. Hal ini tak boleh diabaikan, bahkan, mestinya menjadi salah satu sorotan utama. Pada 7-11 Desember 2018, Indonesia akan menjadi tuan rumah FIABCI Asia Pasifik. Semoga persoalan kaum urban, terutama pangan, dapat diangkat sebagai pembahasan prioritas dan program kerja jaringan realestat dunia.