Sukses Membangun Industri, Sukses Membangun Negara
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kedaulatan industri dinilai berkaitan erat dengan eksistensi sebuah bangsa. Kesuksesan membangun sebuah negara kebangsaan bisa diukur dari kesuksesan membangun industri.
Demikian antara lain disampaikan Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti; Ketua Umum Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI-Polri; dan Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo di Jakarta, Sabtu (5/5/2018).
Ponco mengatakan hal tersebut saat memberi sambutan pada serial diskusi panel ”Menggalang Ketahanan Nasional untuk Menjamin Kelangsungan Hidup Bangsa”.
Diskusi seri ke-12 ini mengusung tema ”Strategi Pembangunan Industri Nasional Menuju Penguasaan Teknologi dalam Rangka Kedaulatan Industri Nasional”.
Diskusi yang dimoderatori La Ode Kamaluddin tersebut menghadirkan panelis Plt Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bambang Subiyanto. Panelis berikutnya adalah Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Mas Wigrantoro Roes Setiyadi.
Pontjo Sutowo mengatakan, industri pada dasarnya adalah kiprah penggunaan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi oleh dunia usaha. Kegiatan tersebut untuk mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi demi memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dengan demikian, menurut Pontjo, dunia industri menjadi ajang kegiatan para ilmuwan dan kegigihan para usahawan untuk mengenal— serta menyediakan barang dan jasa yang menjadi—kebutuhan masyarakat.
Dia mengatakan, keseluruhan hal tersebut hanya bisa tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat. ”Dengan demikian, maju mundurnya dunia industri banyak bergantung pada tahap perkembangan maju mundurnya peradaban suatu masyarakat atau negara,” kata Pontjo.
Pada kesempatan tersebut, ketua penyelenggara serial diskusi panel Iman Sunario juga melaporkan hasil diskusi seri ke-11 bulan lalu yang bertema ”Ancaman, Tantangan, Hambatan, dan Gangguan dari Dalam Negeri”.
Iman melaporkan, hasil diskusi seri ke-11 tersebut antara lain di Indonesia sedang terjadi ketidakcocokan perhitungan (mismatch) antara ketersediaan pangan dan pertambahan penduduk.
”Indonesia jangan lagi terjebak dalam konspirasi yang membuat bangsa ini masuk dalam kondisi the food trap,” kata Iman.
Disampaikan pula persentase impor bawang putih yang sebesar 90 persen, kedelai 63 persen, susu 84 persen, garam 55 persen, beras 5 persen, daging sapi 20 persen, gandum 100 persen, dan gula 37 persen.
”Pada Desember 2017, angka impor barang konsumsi mencapai 1,37 miliar dollar AS atau setara Rp 18,49 triliun per bulan, tertinggi sepanjang sejarah,” kata Iman saat membacakan laporan.
Iman menyampaikan hasil berikutnya dari diskusi panel seri 11, yakni bahwa Indonesia harus membatasi dan mengurangi gas rumah kaca demi menjaga keamanan nasional. Penyampaian laporan disebutkan guna menjadi rujukan pembahasan pada seri-seri berikutnya.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.