Setiap kali botol kemasan air minum kosong, wusss... otomatis langsung dilempar ke tempat sampah. Lebih parah lagi, dibuang begitu saja, tanpa dipilah. Ada banyak cara untuk mengajak masyarakat lebih peduli memilah sampah. Caranya, dengan mengajarkan bahwa botol plastik lebih bernilai. Bahkan, bisa jadi pengganti ongkos transportasi.
Gerimis tidak menyurutkan semangat puluhan perempuan penghuni Apartemen Royal Mediterania, Podomoro City, Jakarta Barat, untuk antre mengikuti #TrashforCash, pekan lalu. Mereka membawa tas berisi botol-botol plastik bekas.
Botol-botol itu disetorkan kepada petugas. Setelah itu, petugas memberikan buku tabungan untuk mencatat jumlah dan nilai botol yang disetor.
#TrashforCash adalah program bank sampah hasil kerja sama Yayasan Agung Podomoro Land, PT Prima Buana Internusa-Inner City Management (PBI-ICM), PT Ari Karya Utama, dan Go-Jek. Cara kerjanya, sampah botol plastik ditukar dengan saldo Go-Pay pada Go-Jek.
Podomoro City memiliki 16 menara apartemen yang terdiri atas 9.000 unit dengan 19.800 penghuni dewasa. Saat ini, sekitar 80 persennya dihuni.
Setiap botol kecil berukuran hingga 330 mililiter (ml) dihargai Rp 30 per botol. Sementara botol berukuran di atas 330 ml hingga 600 ml bernilai Rp 50 per botol dan botol berukuran di atas 600 ml hingga Rp 1.200 ml dihargai Rp 70 per botol. Jika nilai botol sudah mencapai Rp 5.000, bisa ditukar dengan saldo Go-Pay.
Pemimpin komunitas senam di Apartemen Royal Mediterania, Evie Song, berpendapat, program itu membantu merekatkan hubungan antarpenghuni. Sambil menukar sampah botol, sesama penghuni bisa bertukar sapa.
”Sebagian besar penghuni menggunakan jasa ojek dan pengantaran makanan di aplikasi Go-Jek. Meski nilai penukaran sampah botol plastik tidak besar, saya rasa program ini bagus. Uangnya bisa dipakai sebagai tambahan membayar ongkos,” ujar Evie yang menjabat sebagai koordinator penyewa PBI-ICM.
Menurut Evie, pengelola apartemen sudah memiliki regulasi ketat, misalnya dilarang membuang sampah sembarangan. Lokasi pembuangan dan pengelolaan sampah menjadi pupuk atau barang tepat guna juga sudah ditentukan. Namun, penghuni apartemen belum memiliki kesadaran memilah-milah sampah.
Direktur Utama PT Arie Karya Utama Arlinos menyebutkan, volume sampah dari seluruh apartemen di Podomoro City Jakarta Barat rata-rata 10 ton per hari. Sampah yang sebagian besar berupa plastik itu belum dipilah. Arie Karya Utama adalah perusahaan pengangkutan sampah.
Dengan adanya #TrashforCash, Arlinos mengaku, perusahaannya lebih terbantu karena botol plastik sudah terpisah.
”Jika #TrashforCash sampah botol plastik berhasil, kami akan lanjutkan dengan jenis lainnya, seperti kertas,” ujar Arlinos.
Direktur Utama PT Prima Buana Internusa Bambang Setiobudi menjelaskan, #TrashforCash memberdayakan semua ekosistem di apartemen, mulai dari penghuni, resepsionis, petugas keamanan, pengangkut sampah, sampai pengemudi mitra Go-Jek. Semua menjadi sadar dan paham mengenai pengelolaan sampah, terutama botol plastik. Prima Buana Internusa adalah pengelola Apartemen Podomoro City, Jakarta Barat.
Chief Corporate Affairs PT Go-Jek Indonesia Nila Marita mengungkapkan, #TrashforCash sebenarnya aksi tanggung jawab korporasi yang dikemas kreatif. Program itu mengandung pesan positif, yakni edukasi pengelolaan sampah.
Ongkos bus
Upaya mengubah sampah menjadi lebih berharga juga dilakukan di Surabaya, Jawa Timur. Masyarakat bisa naik bus Suroboyo, rute Terminal Purabaya-Jembatan Merah Plaza, dengan menyerahkan plastik air minum kemasan sebagai ongkos.
Untuk sekali perjalanan maksimal dua jam, diperlukan 10 plastik gelas kemasan air atau 5 botol air mineral ukuran 600 ml atau 3 botol air mineral ukuran 1,5 liter. Calon penumpang juga bisa memperoleh tiket dengan menukarkan sampah plastik di Bank Sampah Induk Surabaya, Bank Sampah Bintang Mangrove, dan Bank Sampah Pitoe.
”Terkadang masih ada penumpang yang ngotot ingin naik bus ini dengan membayar menggunakan uang, tetapi kami selalu menolak karena regulasi tidak memperbolehkan itu,” kata Moechtar (25), salah satu petugas di bus Suroboyo.
Ada delapan bus Suroboyo yang beroperasi pukul 06.00 hingga pukul 22.00. Bus seharga Rp 2,4 miliar per unit ini berkapasitas 67 orang.
Chairunnisa (30) meninggalkan kendaraan pribadi dan beralih ke bus Suroboyo dengan alasan lebih nyaman dan aman. Setiap hari ia membawa 10 botol plastik sebagai ongkos naik bus.
Ada banyak cara mengajak masyarakat memilah dan mendayagunakan sampah. Salah satunya dengan mengalihkan kegunaan botol plastik menjadi ”ongkos” transportasi.