TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Perusahaan perdagangan secara elektronik atau e-dagang berlomba-lomba memperluas bisnis di luar bisnis inti. Cara ini dilakukan untuk mempertahankan posisi di pasar.
Ketua Bidang Bisnis dan Ekonomi Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung, Sabtu (5/5/2018), di Tangerang Selatan, Banten, menyebutkan, beberapa laman pemasaran memasarkan layanan teknologi finansial (tekfin). Ia mencontohkan, layanan itu di antaranya memasarkan dompet elektronik, reksa dana, pembayaran transaksi elektronik berbagai macam tagihan, pinjaman modal, pinjaman dalam jaringan, dan zakat. Layanan ini bisa ditemui di Tokopedia, Bukalapak, dan Blibli.
Selain layanan tekfin, ada juga perusahaan laman pemasaran yang menjual tiket pesawat terbang, tiket kereta api, kendaraan roda dua dan roda empat, serta properti.
”Perkembangan mereka bukan lagi sekadar toserba. Situasi seperti ini saya rasa baru terjadi di Indonesia. Ada peluang besar, antarpemain di ekosistem industri e-dagang saling mencaplok (akuisisi),” ujarnya.
Menurut Untung, subsidi harga penjualan produk masih kerap dilakukan. Ia menggambarkan, pengelola toko atau laman pemasaran menawarkan harga jual barang yang cukup rendah, di bawah nilai yang wajar.
Untuk menghadapi kondisi tersebut, Untung berpendapat, pemerintah perlu terlibat, di antaranya dengan menyusun aturan main. Namun, kebijakan itu sebaiknya tidak bersifat mengekang, justru sebaliknya mengedepankan industri yang sehat dan melindungi konsumen.
Di Indonesia
Secara terpisah, laman pemasaran Lazada memperkenalkan Alessandro Piscini sebagai CEO baru untuk Lazada Indonesia mulai Mei 2018. Alessandro menggantikan Florian Holm dan Duri Granziol. Sebelumnya, Alessandro menjabat sebagai CEO Lazada Thailand sejak 2015.
Dalam surat elektronik, Alessandro menyampaikan, penetrasi pengguna internet di Indonesia terus meningkat. Aktivitas berbelanja menggunakan platform e-dagang semakin jamak ditemui di kalangan masyarakat. Kedua faktor itu mendorong pertumbuhan industri e-dagang di Indonesia.
Dia berharap, dalam kepemimpinannya, Lazada Indonesia bisa lebih banyak berinovasi dalam layanan dan berkontribusi terhadap pendapatan industri e-dagang Indonesia.
Berdasarkan riset kerja sama Google dan Temasek pada Agustus 2016, pada 2025, pasar e-dagang Indonesia menjadi 46 miliar dollar AS atau setara dengan 52 persen dari total pasar e-dagang Asia Tenggara yang sebesar 87,8 miliar (Kompas, 26/8/2016).
Mengutip laman Techcruch, pada triwulan IV-2017, Alibaba—investor dari grup Lazada—membukukan pendapatan 9,9 miliar dollar AS atau tumbuh 61 persen dalam setahun.
Chief Financial Officer Alibaba Maggie Wu mengatakan, Alibaba selalu tertarik untuk berinvestasi.