JAKARTA, KOMPAS — Indeks Harga Saham Gabungan pada perdagangan Rabu (9/5/2018) ditutup di level 5.907,93 menguat 2,30 persen atau 133,22 poin dari penutupan sesi perdagangan hari sebelumnya. Meski rupiah makin melemah,
investor melihat ekonomi Indonesia punya ruang tumbuh lebih besar.
Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat semakin melemah hingga mencapai level Rp 14.074 per dollar AS. Hari sebelumnya, rupiah masih berada di level 14.036 per dollar AS.
Analis PT Indosurya Bersinar Sekuritas, William Suryawijaya, mengatakan, investor melihat bahwa ekonomi Indonesia memiliki ruang tumbuh lebih besar.
Realisasi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) triwulan I-2018 mencapai 5,06 persen dianggap masih bisa meningkat lagi lebih signifikan pada triwulan II-2018.
”Emiten yang diburu investor selama ini masih emiten besar karena tren harga sahamnya terus naik. Bagi investor domestik, emiten yang skalanya di bawah emiten besar juga bisa diperhitungkan karena menjanjikan,” ujar William.
RTI Infokom mencatat, investor membukukan transaksi sebesar Rp 9,14 triliun dengan volume 9,07 miliar lembar saham. Sementara perdagangan di pasar reguler hari ini, investor asing tercatat jual bersih (net sell) sebesar Rp 202,43 miliar.
Sebanyak 226 saham naik, 185 saham turun, dan 93 saham tidak bergerak. Sementara 9 dan 10 indeks sektoral menguat. Penguatan terbesar dialami oleh sektor keuangan yang naik 3,64 persen.
Analis dari PT Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji, mengatakan, pasar saham Indonesia sudah menunjukkan jenuh jual atau oversold mengacu pada indikator Stochastic dan Relative Strength Index (RSI).
”Tinggal menunggu sentimen positif yang akan mengerek IHSG kembali ke zona hijau. Masih bertahannya aksi beli, baik investor lokal maupun asing, menjadi salah satu faktor yang mendorong IHSG melanjutkan kenaikan,” kata Nafan.
Tinggal menunggu sentimen positif yang akan mengerek IHSG kembali ke zona hijau. Masih bertahannya aksi beli, baik investor lokal maupun asing, menjadi salah satu faktor yang mendorong IHSG melanjutkan kenaikan.
Salah satu faktor yang mendorong investor masih berada dalam posisi beli, kata Nafan, adalah perkiraan pertumbuhan ekonomi nasional yang berlanjut pada tahun ini serta data neraca perdagangan Indonesia 2017 yang mencatatkan surplus.
Sejumlah sentimen positif terlihat cukup kuat dipertahankan di tengah fluktuasi harga komoditas. Pergerakan IHSG ditopang oleh rilis data laporan kinerja emiten selama triwulan I-2018 yang terlihat dilansir dalam kondisi membaik.
”Sentimen itu memberikan imbas positif pada pasar modal di dalam negeri,” katanya.