JAKARTA, KOMPAS - Konsumsi rumah tangga diprediksi akan meningkat pada triwulan II-2018, ditopang oleh sejumlah agenda seperti pemilihan kepala daerah, hari raya Idul Fitri, hingga Piala Dunia. Momentum pertumbuhan ini dapat dimanfaatkan investor untuk mengelola modal mereka.
Direktur Ashmore Asset Management Indonesia Arief Wana, dalam Commonwealth Bank Outlook 2018 di Jakarta, Selasa (8/5/2018), mengatakan pemilihan kepala daerah serentak 2018 dan persiapan pemilihan presiden bisa menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi periode April-Juni 2018. ”Dampak dari tahun politik, akan sangat memengaruhi peningkatan konsumsi rumah tangga karena ada belanja dari pemerintah dan belanja masyarakat,” ujar Arief.
Selain agenda politik tahun ini, hari raya Idul Fitri yang jatuh pada Juni 2018 dan Piala Dunia yang dipastikan akan menarik amino masyarakat Indonesia juga akan meningkatkan jumlah konsumsi. Meningkatnya konsumsi rumah tangga akan berdampak pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang pada triwulan II-2018 diprediksi berada di kisaran 5,2 persen.
Namun, Arief mengingatkan, kondisi ekonomi bergantung pada kebijakan pemerintah yang dapat memengaruhi anggaran Indonesia, termasuk bagaimana kebijakan pemerintah mengantisipasi pelemahan rupiah dan kenaikan harga minyak.
Head of Wealth Management and Retail Digital Business Bank Commonwealth Ivan Jaya memastikan, kondisi politik tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian dalam negeri. Sentimen politik tahun ini, tidak akan memengaruhi kinerja pasar dan perekonomian dalam negeri. ”Kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih cukup stabil. Di tahun politik ini pun tidak ada isu politik yang bisa memicu gejolak perekonomian dalam negeri,” kata Ivan.
Kartu kredit
Sementara itu, peluncuran kartu kredit khusus bagi kaum milenial oleh PT UOB Indonesia dilakukan karena potensi di segmen tersebut masih akan terus bertumbuh dan menopang perekonomian Indonesia. ”Cara berpikir mereka praktis, cepat dan modern. Berkembangnya dunia digital membuat mereka cepat dalam beraktivitas dan berbelanja. Sekitar 70 persen dari generasi ini sudah beralih dari pembayaran tunai ke kartu kredit,” kata Direktur Utama UOB Indonesia Kevin Lam, dalam peluncuran kartu kredit Yolo, Selasa di Jakarta.
Mengutip data Badan Pusat Statistik, pada 2017 terdapat sekitar 80 juta orang yang lahir antara tahun 1980 sampai tahun 2000. Mereka disebut sebagai generasi nilenial. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi 94 juta orang pada 2020 atau sekitar 35 persen dari total populasi Indonesia.
DI UOB Indonesia, sekitar 30 persen transaksi kartu kredit dilakukan oleh mereka yang termasuk generasi milenial. Hal itulah yang kemudian turut mendasari diluncurkannya kartu kredit khusus bagi generasi milenial. Dengan demikian, UOB Indonesia memiliki 6 jenis kartu kredit untuk enam segmen yang berbeda yang total pemegang kartu kredit UOB Indonesia sekitar 400.000 buah.
Cards and Payment Head UOB Indonesia Dessy MasriCards and Payment Head UOB Indonesia Dessy Masri mengatakan, bisnis kartu kredit masih akan tumbuh. Hal ini tampak dari transaksi kartu kredit UOB Indonesia yang tetap tumbuh dua angka atau di atas industri yang berada di bawah 10 persen.