Meniti Jembatan 2018
Perekonomian di triwulan I-2018 menyisakan perasaan harap-harap cemas. Ada yang performanya datar-datar saja atau bahkan susut sehingga menyiratkan kekhawatiran. Namun ada pula yang tumbuh pesat sehingga memberikan harapan.
Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2018 adalah 5,06 persen alias naik tipis ketimbang periode yang sama di 2017 sebesar 5,02 persen. Investasi adalah sumber pertumbuhan ekonomi yang memberikan harapan.
Investasi dengan porsi 32 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), tumbuh 7,95 persen di triwulan I-2018. Sementara di triwulan III-2017, investasi tumbuh 7,11 persen. Di triwulan IV-2017, investasi tumbuh 7,27 persen. Artinya, percepatan pertumbuhan investasi selama tiga triwulan terakhir bisa dibaca sebagai tren.
Pertumbuhan investasi di triwulan I-2018 sebesar 7,95 persen sekaligus merupakan pertumbuhan investasi triwulanan tertinggi sejak triwulan III-2012. Saat itu, investasi tumbuh 10,02 persen.
Pada triwulan IV-2012, investasi tumbuh 7,29 persen. Selanjutnya pada 2013 sampai dengan semester II-2017, pertumbuhan investasi rata-rata hanya berkisar 4-5 persen. Baru mulai triwulan III-2017, investasi tumbuh di atas 7 persen.
Sampai triwulan I-2018, investasi memberikan janji positif. Namun bagaimana dengan sumber pertumbuhan ekonomi lainnya?
Konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang terbesar PDB, porsinya 56 persen, tumbuh 4,95 persen di triwulan I-2018. Jika dibanding periode yang sama di 2016 dan 2017, lajunya relatif stagnan. Konsumsi rumah tangga pada periode yang sama di 2016 dan 2017, masing-masing adalah 4,95 persen dan 4,94 persen.
Beberapa indikator sebenarnya menggambarkan geliat pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan I-2018. Tantangannya adalah mempercepat laju pertumbuhannya.
Misalnya adalah tumbuhnya penjualan eceran sandang sebesar 8,83 persen setelah terkontraksi 5,68 persen di triwulan I-2017. Nilai transaksi kartu debit dan kartu kredit juga tumbuh 11,70 persen alias menguat dibanding triwulan I-2017 yang tumbuh 9,25 persen.
Konsumsi rumah tangga diharapkan menguat di tiga triwulan berikutnya. Ada beberapa even khas terjadi di tahun ini yang bisa diharapkan mengungkit konsumsi rumah tangga, terutama di semester II-2018. Even tersebut setidaknya adalah pemilihan umum kepala daerah serentak, Asian Games Jakarta-Palembang 2018, dan pertemuan tahunan IMF-World Bank di Bali.
Adapun surplus ekspor-impor perlu mendapat perhatian sebab performanya menyusut. Di triwulan I-2018, ekspor tumbuh 6,17 persen tetapi impor tumbuh 12,75 persen. Alhasil, surplus perdagangan hanya 282 juta dollar AS atau hampir 1/15 kali surplus perdagangan di triwulan I-2017. Anjloknya surplus ekspor-impor ini disebabkan oleh pelebaran defisit migas dan turunnya surplus nonmigas.
Surplus perdagangan tahun ini diperkirakan lebih kecil ketimbang tahun lalu. Artinya, sumbangsih surplus ekspor-impor terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini berpotensi mengecil.
Catatannya adalah bahwa barang modal mendominasi impor Januari-Maret. Dari 43,98 triliun impor di periode tersebut, 75 persen di antaranya adalah bahan baku atau penolong. Adapun 16 persen lainnya berupa barang modal. Sisanya barang konsumsi. Impor bahan baku atau penolong dan barang modal akan menggerakan sektor riil pada beberapa triwulan berikutnya.
Tantangan mutakhir yang menyeruak adalah gejolak keuangan global. Efeknya sudah terasa di awal Mei, yakni tekanan nilai tukar rupiah. Dalam kondisi ini, moneter dituntut untuk lebih konsentrasi pada stabilisasi.
Dengan demikian, instrumen moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih terbatas. Namun bukannya tanpa ruang sama sekali. Sementara instrumen fiskal masih memiliki peluang.
Di luar itu adalah perbaikan kerangka kebijakan. Ini ruangnya besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama dalam konteks memberikan peran kepada swasta.
Dengan segala situasi yang ada, momentum pertumbuhan ekonomi itu masih berlanjut di tahun ini. Realitasnya memang tidak mudah. Pertumbuhan tampaknya tidak akan setinggi target, yakni 5,4 persen. Namun layaknya orang meniti jembatan, risiko selalu ada. Namun setidaknya kita mesti terus melangkah dengan hati-hati agar sampai ke tujuan. (FX LAKSANA AS)