Investasi Industri Makanan Pacu Penyerapan Tenaga Kerja
Oleh
FERRY SANTOSO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan investasi industri makanan dan minuman, terutama investasi industri dalam negeri, dinilai memacu penyerapan tenaga kerja. Namun, saat ini, industri makan dan minuman dihadapi biaya produksi yang tinggi karena terbebani harga bahan baku impor yang membengkak karena nilai tukar rupiah melemah.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman di Jakarta, Jumat (11/5/2018). ”Memang ada pertumbuhan investasi dan ekspansi industri makanan dan minuman, terutama industri dalam negeri,” kata Adhi.
Dalam laporan Badan Pusat Statistik pada Februari 2018 disebutkan penduduk bekerja sebanyak 128,07 juta orang, bertambah 2,53 juta orang dibandingkan Februari 2016.
Lapangan pekerjaan yang mengalami peningkatan presentase penduduk yang bekerja terutama pada penyediaan akomodasi dan makan minum, jasa lain, dan industri pengolahan. Di sisi lain, lapangan pekerjaan yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian, konstruksi, dan jasa pendidikan.
Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), penananam modal dalam negeri (PMDN) sektor makanan tahun 2017 sebesar Rp 38,5 triliun dan penanaman modal asing (PMA) sektor makanan sebesar 1,97 miliar dollar AS. Pada tahun 2016, investasi PMDN sektor makanan sebesar Rp 32,02 triliun dan PMA sebesar 2,11 miliar dollar AS.
Menurut Adhi, total investasi dan ekspansi industri makanan dan minuman tahun 2017 sebesar Rp 64 triliun dan tahun 2016 sebesar Rp 61 triliun. ”Investasi didominasi oleh penanaman modal dalam negeri,” katanya.
Omzet secara total naik. Namun, keuntungan berkurang.
Adhi menambahkan, investasi dan ekspansi tumbuh karena konsumsi cenderung meningkat. ”Omzet secara total naik,” katanya. Namun, keuntungan berkurang karena biaya produksi tinggi dan harga jual barang tidak serta-merta dapat dinaikkan.
Pelemahan nilai tukar rupiah saat ini, kata Adhi, dapat berdampak pada biaya produksi terutama pembelian bahan baku. Bahan baku industri makanan dan minuman memang banyak berasal dari produk impor, seperti gandum, susu, garam, gula mentah, dan bahan pengawet.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengakui, adanya investasi hotel berbintang lima dan empat pada tahun 2017. Penambahan investasi perhotelan memang dapat menyerap lapangan kerja meskipun tidak terlalu besar.
Sebagai perbandingan, kata Hariyadi, rasio penyerapan tenaga kerja di sektor perhotelan rata-rata 0,6. Misalnya, investasi hotel dengan jumlah 1.000 kamar, diperkirakan jumlah tenaga kerja yang bisa terserap 600 orang.
Hariyadi menambahkan, upaya-upaya menciptakan lapangan kerja memang harus terus dilakukan. Dengan demikian, tingkat pengangguran berkurang dan masyarakat memiliki pendapatan untuk mendorong konsumsi.
Sesuai data BPS per Februari 2018, jumlah angkatan kerja pada Februari 2018 sebanyak 133,94 juta orang, naik 2,39 juta orang dibandingkan Februari 2016. Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan pengangguran.
Pada Februari 2018, sebanyak 127,07 juta orang penduduk bekerja dan sebanyak 6,87 juta orang menganggur. Dibandingkan tahun lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 2,53 juta orang dan pengangguran berkurang 140.000 orang.