Ekonomi Domestik Stabil, Fluktuasi Pasar Keuangan akibat Faktor Global
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,06 persen pada kuartal I-2008 menunjukkan perekonomian Indonesia tetap berjalan normal atau tetap di kisaran 5 persen. Hal itu menunjukkan kondisi pasar finansial yang menantang sepanjang masa ini disebabkan oleh faktor eksternal.
Analisis itu disampaikan Kepala Ekonom CIMB Niaga Adrian Panggabean, Senin (14/5/2018) di Jakarta Selatan. ”Volatilitas yang terjadi di pasar finansial beberapa bulan terakhir dua kali lebih besar dibandingkan tahun 2017 dan disebabkan faktor eksternal. Kita tidak perlu terlalu khawatir sejauh konfigurasi makroekonomi kita terjaga relatif sehat, kebijakan ekonomi tetap rasional, dan aktivitas ekonomi masih berjalan normal,” katanya.
Isu proteksionisme Amerika Serikat, menurut Adrian, menyebabkan fluktuasi dalam harga aset secara global. Hal itu kemudian berimbas pada fluktuasi mata uang di seluruh dunia, termasuk rupiah. Volatilitas di pasar finansial itu diperkirakan berlanjut sepanjang 2018 hingga 2019.
Adrian mencatat, pada kuartal I-2018, kurs rupiah terhadap dollar AS mencapai Rp 13.510 atau lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya, yaitu Rp 13.450. Pada kuartal II-2018, ia memperkirakan kurs rupiah terhadap dollar AS akan berada di kisaran Rp 13.600-Rp 14.000.
”Depresiasi itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga secara global. Depresiasi kita lebih rendah dibandingkan beberapa negara lain. CHF yang merupakan mata uang kuat, misalnya, terdepresiasi sekitar 3 persen. Mirip dengan kita,” kata Adrian.
Rilis angka pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I-2018 sebesar 5,06 persen hampir sesuai dengan angka yang diantisipasi CIMB Niaga sebesar 5,1 persen. Konsumsi masyarakat, kata Adrian, tidak jauh berbeda dibandingkan 2017. Angka inflasi yang ia nilai masih rendah merupakan indikasi bahwa perekonomian Indonesia memerlukan akomodasi kebijakan fiskal dan moneter.