Mewujudkan Pelabuhan yang Humanis
Pelabuhan yang produktif, humanis, efisien, dan memanfaatkan teknologi dengan maksimal. Cita-cita itu ingin diwujudkan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Askhara, Presiden Direktur PT Pelabuhan Indonesia III (Persero).
Pelabuhan yang produktif, humanis, efisien, dan memanfaatkan teknologi dengan maksimal. Cita-cita itu ingin diwujudkan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau Ari Askhara, Presiden Direktur PT Pelabuhan Indonesia III (Persero).
Ari ditunjuk untuk memimpin PT Pelindo III pada Mei 2017. Perusahaan itu membukukan laba bersih (sebelum audit) sebesar Rp 2,013 triliun pada 2017 atau melonjak 41 persen dibandingkan dengan laba bersih 2016. Pencapaian ini melampaui target yang sebesar Rp 1,65 triliun.
Berbekal pengalamannya di beberapa perusahaan BUMN, seperti PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan bank swasta asing, Ari menyadari bahwa aset terpenting perusahaan adalah sumber daya manusia (SDM). Jika SDM produktif, maka kinerja perusahaan akan melonjak.
Agar produktif, maka SDM harus nyaman bekerja. Berikut petikan wawancara dengan Ari Askhara di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (9/5/2018).
Citra pelabuhan seperti apa yang ingin diwujudkan?
Selama ini pelabuhan terkesan kumuh dan banyak warung remang-remang atau panti pijat. Pelabuhan juga tidak aman. Padahal pelabuhan merupakan salah satu urat nadi perekonomian, tempat keluar masuknya barang. Jadi saya berusaha menciptakan pelabuhan yang bersih, tertib, humanis, dan jauh dari kesan-kesan yang tidak baik.
Caranya?
Saya mendorong Pelindo III dan anak usahanya untuk membeli perusahaan-perusahaan yang berada di lingkungan Pelindo III. Dengan begitu, Pelindo III menata lingkungannya sesuai dengan standar yang sama. Dengan pendekatan persuasif, kami membersihkan warung-warung yang ada di sekitar pelabuhan.
Kami juga mendorong SDM untuk produktif dengan bantuan teknologi dan membuat SDM lebih bahagia. Pegawai diberi kepercayaan lebih. Kami beri tambahan cuti, dari 12 hari menjadi 14 hari. Bahkan untuk karyawan wanita yang melahirkan, kami beri tambahan cuti dua bulan, jadi lima bulan. Untuk karyawan laki-laki yang istrinya melahirkan, kami beri cuti 10 hari. Kami dorong karyawan lebih lama bersama keluarga daripada di kantor. Usia pensiun juga diperpanjang, menjadi 58 tahun.
Pukul 18.00 listrik sudah mati. Pukul 19.00 lift sudah dimatikan. Dengan demikian, mau tidak mau karyawan berhenti kerja dan pulang ke rumah. Dengan jam kerja yang terbatas itu, maka karyawan akan bekerja dengan efisien. Tidak berlama-lama menghabiskan waktu untuk keperluan pribadi.
Kami menetapkan target-target yang harus dicapai karyawan. Selama bekerja, karyawan juga boleh menggunakan pakaian bebas. Hanya hari Senin saja harus memakai seragam. Selebihnya boleh memakai baju biasa, termasuk jins. Kami tidak mengharuskan absen dengan tandatangan atau sidik jari, tetapi cukup dengan ponsel. Bahkan, tahun depan, karyawan tidak perlu absen. Yang penting produktivitas.
Kami juga mengizinkan komputer untuk bekerja boleh dimiliki karyawan setelah dua tahun hanya dengan mencicil sebesar 30 persen dari harga beli komputer. Dengan cara ini, maka perusahaan bisa menghemat cukup besar. Sebelumnya, biaya untuk penyewaan dan perawatan komputer mencapai Rp 20 miliar. Dengan membolehkan karyawan memiliki komputer kantor, biaya yang dikeluarkan perusahaan hanya Rp 11 miliar.
Untuk meningkatkan produktivitas di pelabuhan, apa yang dilakukan?
Kami meningkatkan penggunaan teknologi untuk meningkatkan layanan. Misalnya menggunakan RFID (radio-frequency identification) untuk memantau truk. Semua data kapal, keberadaan barang, dan dokumen juga sudah dimasukkan ke dalam data digital. Kami juga menciptakan aplikasi Home Terminal untuk pelayaran. Singapura dan Korea sudah tertarik membeli aplikasi ini untuk diterapkan di pelabuhan mereka.
Apa itu aplikasi Home Terminal?
Home Terminal adalah aplikasi yang diciptakan untuk mempercepat dan mempermudah proses pemesanan layanan jasa kepelabuhanan. Layanan kepelabuhan di era sekarang harus mudah, cepat, dan transparan, sesuai yang kami terapkan di aplikasi tersebut. Ada empat fitur layanan yang terintegrasi dengan sistem operasi terminal, yakni layanan kapal, kegiatan kapal, logistik, dan manajemen kontainer. Keempat fitur itu juga memungkinkan pengguna jasa memantau pergerakan kapal dan barang secara daring dan terkini (real time online) melalui ponsel cerdas. Dengan aplikasi ini, maka pelayaran akan hemat di waktu dan biaya. Mereka bisa memesan air bersih, katering, listrik, dan sebagainya. Di aplikasi ini pelayaran juga bisa membeli asuransi on arrival yang hanya berlaku beberapa hari. Asuransi penting untuk mengurangi risiko jika kapal mengalami kecelakaan di wilayah pelabuhan yang ramai.
Aplikasi ini akan kami berikan juga ke Pelindo I, Pelindo II, dan Pelindo IV, agar memudahkan layanan di pelabuhan.
Selain memanfaatkan teknologi, strategi apa lagi yang dilakukan?
Kami menerapkan bundling system untuk proyek-proyek yang kami lakukan. Misalnya untuk proyek yang sejenis akan dilakukan tim yang sama, agar terjadi efisiensi karena mereka sudah terbiasa melakukannya. Lalu untuk pembangunan kami menggunakan sistem design and build agar cepat dan transparan. Dengan cara seperti ini, penghematan yang kami dapatkan Rp 864 miliar. Laba usaha juga meningkat 38 persen menjadi Rp 2 triliun, pendapatan naik 18 persen, dan biaya hanya naik 5 persen. Cara ini akan terus kami pakai untuk lima tahun ke depan.
Strategi ini ternyata menumbuhkan kepercayaan investor kepada kami. Terbukti pada obligasi global 500 juta dollar AS yang kami keluarkan, ternyata diserap pasar hingga permintaan dua kali lipat. Obligasi ini bertenor lima tahun dengan kupon 4,5 persen. Menariknya, obligasi ini diserap tanpa kami melakukan road show ke luar negeri sebelumnya. Hal ini membuktikan investor sudah percaya pada Pelindo III dan yang dilakukan Pelindo III sudah tepat.