JAKARTA, KOMPAS--Penyelenggaraan Asian Games 2018 di Indonesia bisa membuka peluang mengenalkan merek sepatu olah raga produksi Tanah Air. Namun, pemanfaatan peluang tersebut perlu didukung atlet dan masyarakat.
"Asian Games ini ajang olah raga internasional yang bisa menjadi ajang promosi bagi industri sepatu untuk mengenalkan merek lokal," kata Ketua Pengembangan Sport Shoes dan Hubungan Luar Negeri Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Budiarto Tjandra yang dihubungi di Jakarta, Minggu (13/5/2018).
Selama ini, tambah Budiarto, sepatu olah raga merek lokal lebih banyak menggarap pasar di dalam negeri. Jika nantinya banyak atlet Asian Games 2018 mengenakan sepatu merek lokal, maka bisa turut mengenalkan merek tersebut di pasar internasional. Penetrasi merek lokal untuk pasar ekspor juga akan lebih mudah ketika konsumen sudah mengenal merek itu.
Budiarto menuturkan, setiap atlet tentu memiliki referensi sendiri dalam memilih sepatu yang akan dikenakan, termasuk di ajang Asian Games. "Potensi Asian Games 2018 untuk menggairahkan semangat berolah raga di masyarakat juga akan ikut mendongkrak sepatu olah raga," katanya.
Menurut data Aprisindo, produksi alas kaki di Indonesia pada 2017 mencapai 900 juta pasang. Sekitar 350 juta pasang di antaranya diekspor, sedangkan yang dipasarkan di dalam negeri 550 juta pasang. Produksi alas kaki ini mencakup sepatu (olah raga dan non olah raga) serta sandal.
Ketua Umum Aprisindo Eddy Widjanarko menambahkan, ekspor sepatu Indonesia tumbuh setiap tahun. "Pada 2013, ekspor sekitar 2,9 miliar euro, yang pada 2017 menjadi sekitar 4,5 miliar euro," katanya.
Eddy menuturkan, Indonesia ada di posisi ke-6 dari 10 negara eksportir sepatu dunia. Eksportir terbesar sepatu di dunia adalah China, dengan nilai ekspor pada 2017 sekitar 44,8 miliar euro. Selanjutnya, Vietnam mengekspor dengan nilai 15,3 miliar euro, Italia 9,8 miliar euro, Jerman 5,4 miliar euro, dan Belgia 5,9 miliar euro.
Aprisindo menengarai kinerja industri sepatu Vietnam tidak terlepas dari perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa yang lebih maju.
Sementara itu, melalui siaran pers Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Perindustrian, Sabtu (12/5/2018), Menperin Airlangga Hartarto menuturkan, pemerintah memacu pertumbuhan industri manufaktur. Sebab, sektor pengolahan konsisten membawa efek berganda bagi perekonomian nasional.