JAKARTA, KOMPAS - Peluang bagi industri batik meningkatkan pangsa di pasar pakaian jadi dunia dinilai masih terbuka. Sebab, lembaran batik merupakan salah satu bahan baku produk pakaian jadi.
"Nilai perdagangan produk pakaian jadi dunia yang mencapai 442 miliar dollar AS menjadi peluang besar bagi industri batik meningkatkan pangsa pasarnya," kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Gati mengatakan hal tersebut saat mewakili Menperin Airlangga Hartarto memberi sambutan pada pembukaan pameran batik "Cerah Ceria Pesona Batik Madura." Pameran yang berlangsung di Plasa Pameran Kemenperin, Jalan Gatot Subroto, tersebut akan berlangsung hingga Jumat (18/5/2018).
Gati menuturkan, nilai ekspor industri batik tahun 2017 tercatat 58,46 juta dengan pasar utama Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa. Industri batik di Indonesia didominasi IKM yang tersebar di 101 sentra.
Gati mengatakan, batik merupakan warisan budaya takbenda asli Indonesia. Pada 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik Indonesia sebagai Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.
Gati menuturkan, industri batik juga dituntut menjadi industri ramah lingkungan. Terkait hal tersebut penggunaan zat warna alam pada produk batik merupakan solusi dalam mengurangi dampak pencemaran. "Upaya ini bahkan akan menjadikan batik sebagai eco-product bernilai ekonomi tinggi," ujarnya.
Selain itu, penggunaan pewarna alam akan mengurangi importasi zat warna sintetik. Batik berpewarna alam diyakini dapat menjawab tantangan dari peningkatan preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan.
Kemenperin mencatat, saat ini batik bertransformasi menjadi berbagai bentuk mode, kerajinan, dan dekorasi rumah. "Kemenperin pub terus berupaya mengembangkan industri batik nasional," ujar Gati.
Dukungan peningkatan daya saing dan kapasitas produksi antara lain diberikan melalui program peningkatan sumber daya manusia. Selain itu juga pengembangan kualitas produk, standardisasi, fasilitasi mesin dan peralatan, serta promosi dan pameran.
Terkait peningkatan akses pasar, Kemenperin memiliki program e-Smart IKM untuk mendorong pelaku IKM memasuki pemasaran dalam jaringan. "Kami juga mendorong industri batik memanfaatkan berbagai fasilitas pembiayaan dari lembaga pembiayaan perbankan maupun nonperbankan untuk memperkuat struktur modal," kata Gati.
Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia Jultin Ginandjar Kartasasmita mengatakan, pameran Cerah Ceria Pesona Batik Madura merupakan dukungan Yayasan Batik Indonesia terhadap keberadaan batik Madura.
Jultin menuturkan, batik Madura sejak awal hingga saat ini dalam proses produksi tetap menggunakan canting tulis dan hanya beberapa yang menggunakan cap. "Bahkan cara penjualannya pun pada umumnya dilakukan secara tradisional, yakni di pasar pada hari-hari tertentu," tutur Jultin.