Indonesia Berkomitmen Atasi Kemiskinan Lewat Pertanian
Oleh
FERRY SANTOSO
·3 menit baca
ROMA, KOMPAS - Perkebunan dan industri minyak kelapa sawit di Indonesia dinilai berkontribusi terhadap upaya mengurangi kemiskinan dan mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan yang juga menjadi perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa. Melalui program kemitraan atau plasma, petani kelapa sawit dapat mengelola sawit secara berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan.
Hal itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dalam Konferensi Internasional bertema "Eradicating Poverty through Agriculture and Plantation Industry to Empower Peace and Humanity" di Pontifical Urban University, Roma, Italia, Selasa (15/5).
Tampil sebagai pembicara dalam konferensi itu antara lain Perfect of the Dicastery for Promoting Integral Human Development Vatican Kardinal Peter Turkson dan Duta Besar Malaysia di Vatikan Tan Sri Bernard Giluk Dompok, Chairman European Palm Oil Alliance (EPOA) Frans Claassen, Pietre Paganini dari Universitas John Cabot dan James Fry dari LMC International Oxford.
Menurut Luhut, pemerintah Indonesia berkomitmen mengurangi kemiskinan melalui pembangunan yang berkelanjutan sesuai program sustainable development goals (SDG\'s) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sektor pertanian terutama perkebunan kelapa sawit di Indonesia memberi kontribusi besar terhadap upaya mengurangi kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja.
Pemilik perkebunan sawit berskala kecil (smallhoders), lanjut Luhut, mencapai 41 persen pemilik lahan dengan luas lahan mencapai 4,6 juta hektar. Tenaga kerja tak langsung yang terserap di sektor perkebunan sawit mencapai 5,5 juta orang dan pekerja tak langsung sebanyak 12 juta orang.
Oleh karena itu, menurut Luhut, pemerintah Indonesia berkepentingan untuk menjaga perkebunan dan industri sawit secara berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan sesuai program SDG\'s PBB pada 2030. "Indonesia sudah melaksanakan program pembangunan yang berkelanjutan dan memiliki komitmen kuat untuk terus melaksanakan," katanya.
Perlu keseimbangan antara aktivitas manusia dengan lingkungam hidup.
Kardinal Peter mengungkapkan, aktivitas manusia dalam pembangunan ekonomi seperti di sektor pertanian, menjadi tantangan dalam isu lingkungan hidup. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara aktivitas manusia dengan isu lingkungam hidup.
Dalam menghadapi tantangan itu, lanjut Peter, dibutuhkan dialog dan langkah-langkah bersama dalam mencari keseimbangan tersebut. Konferensi yang diadakan merupakan salah satu upaya untuk berdialog untuk menjaga keseimbangan tersebut, yaitu pembangunan ekonomi masyarakat dan menjaga lingkungan hidup.
Frans Claassen mengungkapkan, tujuan EPOA dibentuk adalah memberikan pandangan yang seimbang dan obyektif mengenai berbagai aspek produk minyak sawit. Minyak sawit diproduksi oleh 40 persen pemilik perkebunan sawit berskala kecil (smallholders). Di Indonesia dan Malaysia diperkirakan ada 3 juta sampai 3,5 juta pemilik perkebunan sawit berskala kecil.
Menurut Frans, industri kelapa sawit baik di Indonesia maupun Malaysia berkomitmen mengelola perkebunan dan industri sawit secara berkelanjutan. Misalnya di Indonesia, telah diberlakukan standar Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).
Oleh karena itu, Frans menilai upaya untuk memboikot produk minyak kelapa sawit bukan merupakan solusi. Pembangunan perkebunan dan industri sawit yang berkelanjutan merupakan solusi karena industri sawit mendukung program SDG\'s seperti upaya mengatasi kemiskinan dan membangun masyarakat dan daerah pedesaan.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan, dari volume ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya ke negara-negara Eropa sekitar 5 juta ton pada 2017, kontribusi ekspor ke Itali sebesar 23 persen atau ketiga terbesar setelah Belanda (36 persen) dan Spanyol (29 persen).
Dari data yang ada, total produksi minyak sawit Indonesia tahun 2017 sebanyak 42,04 juta ton dengan total ekspor sebesar 31,05 juta ton dengan nilai 22,97 miliar dollar AS. Produksi minyak sawit tahun 2016 sebanyak 35,57 juta ton dengan total ekspor sebesar 25,11 juta ton senilai 18,22 miliar dollar AS.
Dari total ekspor sebanyak 42 juta ton, ekspor terbesar adalah ekspor ke India sebanyak 7,62 juta ton, Eropa 5,02 juta ton, China 3,71 juta ton, Afrika 2,87 juta ton, Pakistan 2,21 juta ton, Timur Tengah 2,12 juta ton, Bangladesh 1,25 juta ton, dan Amerika Serikat sebanyak 1,18 juta ton.