CIREBON, KOMPAS — Sekitar 60 persen pasar mebel domestik masih dikuasai produk impor. Padahal, jika pasar tersebut diisi oleh pelaku industri dalam negeri, penyerapan tenaga kerja dan bahan baku dapat dioptimalkan.
”Saat ini, baru sekitar 40 persen pasar mebel domestik diisi oleh produk dalam negeri. Selebihnya, impor,” ujar Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Soenoto di Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (16/5/2018).
Padahal, katanya, potensi pasar mebel domestik sangat besar. Soenoto mencontohkan, dengan jumlah rumah sekitar 50 juta unit, kebutuhan terhadap mebel untuk furnitur sangat besar. Jumlah itu, katanya, belum termasuk kebutuhan industri hotel.
”Pasar atau kebutuhan lokal ini bernilai 6 sampai 7 miliar dollar AS per tahun. Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan nilai ekspor mebel tahun lalu, 2,6 miliar dollar AS,” kata Soenoto.
Dengan peluang tersebut, tenaga kerja juga dapat terserap lebih banyak di industri mebel yang padat karya. Menurut dia, dengan nilai 1 miliar dollar AS, setidaknya dapat menyerap 500.000 tenaga kerja.
Selain itu, pasar domestik juga akan meningkatkan penyerapan bahan baku rotan di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera. Selama ini, pelaku usaha rotan di daerah tersebut mengeluhkan minimnya penyerapan bahan baku. Padahal, sekitar 80 persen bahan baku rotan dunia terdapat di Indonesia.
Soenoto mengklaim, produk mebel karya pelaku industri dalam negeri tidak kalah dengan produk asing asal Vietnam, China, dan Amerika Serikat. Buktinya, mebel Indonesia mampu menjangkau pasar ekspor. Di sentra rotan Tegalwangi, Kabupaten Cirebon, misalnya, mebel dengan desain lawas hingga modern tersaji di sana.
Menurut dia, penggunaan produk mebel Indonesia di pasar domestik mulai meningkat meskipun kecil. ”Seharusnya, produk lokal yang mendominasi, bukan impor,” ucapnya.
Ke depan, ia berharap pemerintah bisa ikut mencari solusi terkait hal ini. Dia mencontohkan tidak adanya anggaran dari pemerintah untuk promosi ke pasar mebel dalam negeri. Kantor pemerintah dan instansi juga dinilai masih minim menggunakan produk mebel lokal. Pihaknya tengah bekerja sama dengan perbankan dan asuransi terkait pembelian rumah yang sepaket dengan furnitur dalam negeri.
Ketua DPC HIMKI Cirebon Raya Supriharto mendorong pemerintah daerah untuk menerbitkan kebijakan penggunaan produk mebel dalam negeri. Pihaknya siap memasok produk mebel dengan harga terjangkau untuk kebutuhan pasar domestik.
”Untuk bangku sekolah, misalnya. Kenapa tidak menggunakan kursi berbahan rotan? Padahal, Cirebon merupakan sentra rotan,” ujarnya.
Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Eli Lilis Surtini mengatakan telah berupaya mendukung pelaku industri mebel dalam negeri untuk mengisi pasar lokal. Pada 2016, misalnya, Bupati Cirebon mengeluarkan surat edaran tentang penggunaan mebel dan kerajinan rotan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon.
”Memang, praktiknya belum maksimal. Dinas, rumah makan, dan hotel belum seluruhnya menggunakan produk lokal,” ujarnya.