JAKARTA, KOMPAS – Manulife Indonesia optimistis industri asuransi akan tumbuh positif di tengah ketidakpastian perekonomian global. Tahun ini, industri asuransi diperkirakan tumbuh 20-30 persen.
Presiden Direktur dan CEO PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Jonathan Hekster dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (16/5/2018), mengatakan, fundamen perekonomian nasional terjaga dengan baik. Hal itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi yang stabil dan inflasi terkendali di bawah target yang ditentukan pemerintah.
“Kami yakin pertumbuhan industri asuransi nasional bisa mencapai 20-30 persen pada tahun ini,” kata dia.
Manulife Indonesia mencatat, premi bisnis baru Manulife pada 2017 sebesar Rp 4,4 triliun, meningkat 19 persen dari 2016. Laba konsolidasi pada 2017 sebesar Rp 2,6 triliun, melonjak 290 persen dibandingkan dengan 2016.
Menurut Hekster, penjualan melalui saluran distribusi bancaassurance atau pemasaran melalui kerja sama dengan bank berkontribusi 28 persen dari total kinerja perusahaan.
Premi dan deposit tumbuh 34 persen dari tahun sebelumnya. Total klaim yang dibayarkan Manulife Indonesia pada 2017 sebesar Rp 6,6 triliun. Adapun jumlah nasabah Manulife meningkat 4 persen dari 2,3 juta menjadi 2,4 juta nasabah.
“Total klaim itu sangat besar dan mengindikasikan bahwa kekuatan finansial kami tetap kuat dan terjaga,” kata dia.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Legowo Kusumanegoro menambahkan, secara umum ekonomi dunia tetap diproyeksikan tumbuh positif di tengah-tengah ketidakpastian yang muncul. Iklim investasi dunia tumbuh relatif sama, baik di negara-negera berkembang maupun maju.
“Hal itu jarang terjadi dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama bagi negara-negara berkembang. Yang perlu diwaspadai hingga saat ini adalah pelemahan nilai tukar dan peralihan dana investasi tidak langsung dari dalam ke luar negeri,” kata dia.
Perkembangan ekonomi itu, lanjut Legowo, masih positif bagi pertumbuhan bisnis asuransi di Indonesia. Namun yang belum dapat terbaca dengan baik adalah persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi, politik, dan keamanan nasional. Kendati begitu, hal itu tidak akan terlalu berpengaruh signifikan terhadap industri asuransi.