SOLO, KOMPAS - Pemerintah mendorong tumbuhnya wirausaha baru di pondok pesantren. Berkembangnya ekonomi digital memberikan kesempatan bagi para santri maupun alumni pondok pesantren untuk menjadi wirausaha baru.
”Ekonomi digital merupakan alat demokratisasi ekonomi. Kesempatan terbuka luas bagi siapa pun yang mempunyai talenta untuk menjadi wirausaha tangguh,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat peluncuran Program Penumbuhan Wirausaha Baru di Pondok Pesantren di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (21/5/2018).
Menurut Airlangga, jumlah santri yang besar di Indonesia menciptakan ekosistem ekonomi digital baru sehingga menjadi peluang. ”Bagi ekonomi digital, yang paling penting adalah ekosistem. Santri berjumlah besar menciptakan ekosistem,” ujarnya.
Untuk menumbuhkan kewirausahaan baru di pondok pesantren, Kementerian Perindustrian antara lain memberikan bantuan berupa alat produksi, pelatihan, dan bantuan layanan keuangan digital. Sektor yang memiliki permintaan besar dalam ekonomi digital antara lain makanan-minuman, tekstil, dan fashion. ”Ekonomi digital akan mendominasi Indonesia ke depan,” katanya.
Airlangga mengatakan, potensi pasar ekonomi digital di Indonesia sangat besar. Tahun 2016 tercatat ada 24,7 juta pengguna e-commerce atau berbelanja secara daring, dengan nilai transaksi yang dibukukan mencapai Rp 75 triliun. Sementara itu, nilai pasar game di Indonesia tahun 2016 mencapai Rp 9,3 triliun.
Pasar ekonomi digital diperkirakan akan semakin tumbuh karena pengguna internet dan telepon seluler yang besar. Pengguna internet tahun 2017 tercatat sebanyak 143,26 juta dan ada 152,75 juta pengguna telepon seluler pada tahun 2016.
Lapangan kerja baru
”Ekonomi digital tidak mengurangi jumlah tenaga kerja, tetapi justru mampu menciptakan banyak lapangan kerja baru,” kata Airlangga.
Airlangga menambahkan, orang-orang muda banyak menerjuni dunia ekonomi digital dan mulai membangun usahanya dari nol, seperti Bukalapak dan Go-Jek.
Empat perusahaan rintisan di Indonesia, menurut Airlangga, saat ini nilai perusahaannya mencapai Rp 13 triliun. ”Kita punya kunci dalam ekonomi digital, yaitu jumlah penduduk besar,” katanya.
Ia mengemukakan, pemerintah saat ini terus mendorong pemberdayaan sumber daya manusia yang bertalenta. Ini antara lain dilakukan melalui pengembangan techno park di beberapa kota, antara lain di Bandung, Jawa Barat, dan Solo, Jawa Tengah.
Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta Sofyan Anif mengatakan, UMS menyambut baik program Kementerian Perindustrian yang mendorong tumbuhnya wirausaha baru. Program itu sejalan dengan kurikulum di UMS yang memiliki mata kuliah kewirausahaan di semua program studi. UMS memiliki tiga pondok pesantren yang juga mengajarkan kewirausahaan kepada santri.
”Di pondok pesantren tidak hanya diajarkan beberapa pelajaran terkait pendalaman ilmu agama, tetapi juga diajarkan berwirausaha,” kata Sofyan.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah Arif Sambodo mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2017, di Jawa Tengah ada 5.850 pondok pesantren dengan jumlah santri 507.853 orang dan sekitar 50.000 kiai.
”Dari data itu perlu disadari pondok pesantren punya potensi sangat besar untuk memajukan sektor perekonomian di Jawa Tengah dan Indonesia. Untuk itu, pondok pesantren bisa kita ajak kerja sama, kita rangkul bersama, dan kita berikan bantuan serta pendampingan,” katanya.