PADANG, KOMPAS – Pemerintah mendorong pembangunan kereta bandara untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi di jalan raya, termasuk KA Bandara Internasional Minangkabau. Kereta bandara ke-3 setelah Bandara Internasional Kualanamu, Sumatera Utara, dan Bandara Internasional Soekarno Hatta, di Banten, itu bisa menyingkat perjalanan dari Padang ke Bandara Intenasional Minangkabau sekitar 10 hingga 25 menit.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo saat meresmikan Kereta Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Sumatera Barat, Senin (21/5/2018) mengatakan pembangunan kereta bandara Kualanamu dan Soekarno Hatta, bertujuan untuk mengurangi sebanyak mungkin penggunaan mobil pribadi di jalan raya. Di Jakarta, masyarakat mulai didorong untuk menggunakan transportasi massal seperti kereta, busway, dan dalam waktu dekat kereta transportasi massal cepat (MRT) dan gerbong rangkaian kereta ringan (LRT).
“Pemerintah juga ingin hal yang sama di Padang (Sumbar). Masyarakat tidak menggunakan kendaraan pribadi, tetapi kereta. Apalagi di Padang harga sangat murah dibanding Jakarta. Kalau di Jakarta, pengelolaan oleh swasta. Sementara di Padang sepenuhnya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),” kata Joko Widodo.
Pembangunan kereta BIM yang menelan anggaran Rp 200 miliar itu bisa selesai tepat waktu
Peresmian berlangsung di Stasiun Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Turut hadir mendampingi presiden antara lain Ibu Negara Iriana Joko Widodo, sejumlah menteri Kabinet Kerja seperti Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, serta Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno.
Budi Karya mengaku senang karena pembangunan kereta BIM yang menelan biaya dari APBN sekitar Rp 200 miliar itu, bisa selesai tepat waktu. Pembangunan sempat tersendat karena kurangnya komitmen dari para pemangku kepentingan. Pembangunan kereta BIM ini baru serius dikerjakan dua tahun terakhir.
Untuk menarik minat masyarakat, pemerintah memberi subsidi. Masyarakat hanya perlu membayar Rp 10.000 untuk rute Padang-BIM dan Rp 5.000 dari satu stasiun ke stasiun lain.
Kereta BIM memiliki daya tampung 348 penumpang, beroperasi mulai pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB. Kereta akan singgah di empat stasiun yakni Stasiun Simpang Haru Padang, Stasiun Tabing, Stasiun Duku, dan Stasiun BIM.
Stasiun Simpang Haru hingga BIM yang jaraknya sekitar 22,7 kilometer bisa ditempuh selala 35 menit. Dengan kendaraan pribadi dibutuhkan waktu antara 45 menit hingga 1 jam. Sementara waktu tempuh antar stasiun Simpang Haru ke Tabing sekitiar 14 menit, Stasiun Tabing ke Stasiun Duku sekitar 15 menit, dan dari Duku ke Stasiun BIM sekitar 6 menit.
Menunggu 12 tahun
Gubenur Sumbar Irwan Prayitno menyampaikan terima kasih atas diresmikannya kereta BIM. Menurut Irwan, peresmian oleh Presiden Joko Widodo mengakhiri penantian lebih dari 12 tahun Sumbar memiliki kereta bandara.
“KA BIM ini adalah satu dari dukungan pemerintah pusat untuk pembangunan di Sumbar. Selain KA BIM, juga sudah dibangun dan dioperasikan jalur bypass yang menghubungkan BIM dengan Pelabuhan Teluk Bayur, revitalisasi sejumlah jalur kereta, dan dimulainya pembangunan jalan Tol Padang-Pekanbaru,” kata Irwan.
Proses pembangunan kereta BIM dimulai dengan studi kelayakan pada 2005 oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Sumbar. Pada 2010, Satuan Kerja Pengembangan Perkeretaapian Sumbar membuat gambar kerja (DED). Pada 2012 hingga 2015, dilakukan pembebasan lahan bersamaan dengan pembangunan badan jalan kereta dan pemasangan track jalan kereta antara Duku-BIM.
Antara 2015-2017, dimulai pembangunan stasiun, sistem persinyalan mekanik dan telekomunikasi stasiun Duku- Stasiun BIM. Adapun pada 2017, dilakukan peningkatan jembatan kereta antara Padang-Tabing-Duku-Lubuk Alung-Lintas Teluk Bayur-Sawahlunto, serta pembangunan sistem radio trandistpaching untuk mendukung operasional KA BIM.
Sekretasi Jenderal Masyarakat Peduli Kereta Api Sumbar (MPKAS) Yulnofrins Napilus mengatakan, peresmian KA BIM menjadi titik balik dan era baru perkeretaapian Sumbar. Dia berharap, Presiden Joko Widodo tidak berhenti sampai KA BIM saja. Tetapi juga menghidupkan kembali jalur-jalur kereta di Sumbar yang sudah tidak terpakai sejak 1970-an.
“Kemacetan Padang-Bukittinggi sudah tidak bisa ditolerir lagi. Membuat jalan baru di Sumbar tidak mudah karena kondisi berbukit-bukit dan sebagian besar hutan lindung. Jadi, pembukaan rute kereta ke Bukittinggi, termasuk ke Solok dan Sawahlunto sebaiknya disegerakan. Apalagi Bukittinggi adalah pusat wisata utama Sumbar,” kata Yulnofrins.
Menurut Yulnofrins, sudah kewajiban negara menyediakan sarana transportasi yang tepat waktu dan sifatnya massal sehingga akan mengurangi kemacetan di jalan raya.
“KA adalah transportasi masa depan. Itu kenapa negara-negara maju selalu memprioritaskan pembangun rel KA karena efek penggandanya banyak. Indonesia sudah terlalu lambat bergerak membangun jaringan KA. Tetapi lebih baik segera dimulai daripada membiarkan rakyat ‘dihukum’ di jalan raya karena pemerintahnya tidak sanggup menyediakan sarana tranpostasi yang baik,” ujar Yulnofrins.