JAKARTA, KOMPAS — Perawatan dan kerja ulang sumur-sumur tua menjadi fokus PT Pertamina Hulu Energi, anak usaha PT Pertamina (Persero). Cara tersebut ditempuh seiring menurunnya produktivitas sumur-sumur minyak yang mereka kelola, khususnya di Blok Ogan Komering di Sumatera Selatan. Namun, perusahaan tetap mematok target produksi lebih tinggi dibanding capaian tahun lalu.
Terhitung sejak Minggu (20/5/2018), Pertamina Hulu Energi mengelola secara penuh Blok Ogan Komering dengan skema bagi hasil berdasar produksi bruto (gross split). Blok tersebut adalah blok terminasi yang habis masa kontraknya pada 28 Februari 2018 dan oleh pemerintah diserahkan sepenuhnya kepada Pertamina untuk dikelola. Sebelumnya, Blok Ogan Komering dikelola bersama Pertamina dengan Jadestone Energy Ltd.
Sampai akhir 2017, Blok Ogan Komering menghasilkan minyak sebanyak 2.250 barrel per hari dan gas bumi sebanyak 8,64 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Untuk tahun ini, Pertamina menargetkan produksi minyak sebanyak 1.950 barrel per hari dan gas bumi sebanyak 8,21 MMSCFD. Usia sumur yang menua menjadi penyebab turunnya produktivitas sumur.
"Penurunan produksi itu alamiah seiring usia sumur yang menua. Kami lebih berfokus pada perawatan dan kerja ulang sumur untuk mengejar target produksi," ujar Manajer Hubungan Masyarakat Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya, Senin (21/5/2018), di Jakarta.
Selain melakukan perawatan sumur (well service) dan kerja ulang sumur (work over), menurut Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Gunung Sardjono Hadi, dalam keterangan resminya, perusahaan berusaha keras menambah cadangan migas. Beberapa hal yang dilakukan perusahaan adalah komersialisasi sumur eksplorasi yang belum dikembangkan, serta melaksanakan studi geologi, geofisika, dan reservoir.
"Survei seismik tiga dimensi dan pengeboran sumur eksplorasi juga akan dikerjakan selama tiga tahun mendatang sebagai bentuk komitmen perusahaan," ucap Gunung.
Selain Blok Ogan Komering, Pertamina Hulu Energi juga mengelola sejumlah blok terminasi, seperti Blok South East Sumatera, Blok North Sumatera Offshore, Blok North Sumatera Block B, dan Blok Tuban. Seluruh blok tersebut habis masa kontraknya pada 2018. Skema bagi hasil blok hasil terminasi menggunakan skema gross split.
Secara keseluruhan, realisasi kinerja Pertamina Hulu Energi sepanjang 2017 adalah produksi minyak sebanyak 69.080 barrel per hari dan gas bumi sebanyak 560,97 MMSCFD. Tahun ini, perusahaan menargetkan produksi minyak sebanyak 70.410 barrel per hari dan gas bumi sebanyak 771,07 MMSCFD. Adapun cadangan minyak Pertamina Hulu Energi tahun lalu bertambah 118 juta barrel dan gas bumi 335 miliar standar kaki kubik.
Secara nasional, produksi siap jual (lifting) minyak sampai triwulan I-2018 sebesar 750.600 barrel per hari atau sebesar 94 persen dari target APBN 2018. Adapun realisasi lifting gas bumi di periode yang sama sebanyak 1,139 juta barrel setara minyak per hari (BOEPD). Capaian lifting gas bumi tersebut baru 95 persen dari target APBN.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengatakan, untuk mendorong produksi minyak dan gas, pihaknya menganjurkan perusahaan memperbanyak aktivitas perawatan sumur dan kerja ulang sumur. Penggunaan electric submersible pump (ESP) yang lebih baik juga dapat menaikkan produksi. ESP adalah pompa yang dimasukkan ke dalam sumur minyak dengan berpenggerak listrik.
"Adapun penyebab lifting belum mencapai target disebabkan beberapa hal, yaitu dari sisi komersial sudah ada gasnya, tetapi terhambat pada penjualan. Hal itu disebabkan karena proses yang belum tuntas atau lapangan yang ada gasnya, tetapi belum menemukan pembeli," kata Amien.