Industri Makanan Minuman Terdampak Pelemahan Rupiah
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpengaruh di industri makanan dan minuman, terutama di sisi bahan baku yang sebagian harus diimpor. Sejumlah strategi disiapkan dan penyesuaian harga merupakan pilihan terakhir.
"Tahun ini sebenarnya industri memiliki perencanaan dengan pedoman dollar AS antara 13.500 dan maksimal Rp 14.000," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman ketika dihubungi Rabu (23/5/2018).
Adhi menuturkan, kondisi nilai tukar yang melebihi Rp 14.000 per dollar AS berpengaruh terhadap harga pokok maupun biaya distribusi karena berkaitan pula dengan bahan bakar minyak yang harus mengikuti harga internasional atau komersial.
Impor bahan baku di industri makanan minuman selama ini mencakup tepung, gula, garam, susu, flavour (perisa), jus buah, dan sebagainya. Sebagian kemasan plastik maupun kertas pun masih impor.
"Dengan kondisi seperti ini tentu kami harus mengevaluasi harga. Kemungkinan kami akan melakukannya setelah Lebaran, yakni untuk menentukan apakah harga akan naik atau tidak," kata Adhi.
Menurut Adhi penaikan harga merupakan keputusan terakhir mengingat daya beli, kondisi pasar, dan sebagainya. Kenaikan nilai tukar sekitar 10 persen diperkirakan menjadikan industri yang banyak menggunakan bahan baku impor dan BBM menaikkan harga antara 3-7 persen.
"Karena kenaikan harga adalah opsi terakhir, upaya kami secara bisnis tentu melakukan efisiensi dan mencari alternatif bahan baku. Strategi lain ada beberapa perusahaan yang mengecilkan ukuran saji, misalnya dulu 200 cc menjadi 150 cc untuk tetap menjangkau daya beli masyarakat?," katanya.
Meski demikian, Adhi menuturkan, upaya mencari alternatif bahan baku dan pengecilan ukuran saji membutuhkan waktu. Penggantian ukuran saji, misalnya, harus seizin Badan Pengawas Obat dan Makanan, perlu waktu untuk mengubah kemasan, dan sebagainya.
Adhi mengatakan, penguatan dollar AS berpeluang dimanfaatkan industri berorientasi ekspor untuk mendorong kinerja pemasaran produknya ke pasar dunia. "Selama ini ekspor pangan olahan masih sekitar 6,5 miliar dollar AS, artinya tidak sampai 5 persen dari total peredaran makanan minuman," katanya.
Gapmmi menilai harus ada dukungan menyeluruh apabila ingin membantu mendongkrak ekspor. Dukungan pembiayaan ekspor, misalnya, harus dilakukan paralel dengan bantuan peningkatan akses produk makanan minuman Indonesia ke negara tujuan ekspor.
Adhi mencontohkan, pemerintah sejauh ini telah mengalokasikan Rp 1,3 triliun melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia untuk ekspor ke Afrika. Tetapi dari jumlah tersebut dana yang terpakai baru sekitar Rp 300 miliar karena ekspor ke Afrika tidak mudah.
Dukungan pembiayaan tersebut dinilai belum efektif karena ada hambatan tarif bea masuk ke Afrika sangat tinggi, di atas 30 persen. Di sisi lain beberapa negara seperti China dan Thailand bisa mendapat tarif lebih rendah, bahkan nol persen.
"Jadi kalau mau meningkatkan ekspor, pembenahan harus total. Tidak bisa hanya parsial dengan menyediakan kredit ekspor tetapi akses ke sana sulit," kata Adhi.
Menurut Adhi lebih bermanfaat dan berdampak cepat dalam memberikan perolehan devisa apabila fasilitas kredit tersebut diberikan untuk kegiatan ekspor ke pasar tradisional seperti Jepang, Amerika Serikat, Asia Tenggara, dan Timur Tengah.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, IKM pangan berbahan baku lokal yang berorientasi ekspor dapat memanfaatkan penguatan dollar AS.
"Bantuan Ditjen IKM antara lain berupa bimbingan teknis bagi IKM keripik di Bantul yang mengekspor produknya. Ke depan juga akan kami perbaiki kemasannya," kata Gati ditemui di sela Pameran Industri Kreatif di Plasa Pameran Industri Kemenperin.
Gati mengatakan, pihaknya juga akan membantu di sisi permesinan bagi IKM pengolah tepung pisang bebas gluten yang bagus bagi kesehatan. "Sekarang ini tepung-tepung gluten masih impor. Tapi kalau ini nanti dikembangkan, kami harapkan bisa mendominasi pasar dalam negeri," katanya.