JAKARTA, KOMPAS - Upaya Bank Indonesia dalam meningkatkan volume transaksi nontunai membuahkan hasil. uang elektronik mengalami lonjakan signifikan hingga 361 persen. Pertumbuhan ditopang oleh semakin beragamnya jangkauan penggunaan uang elektronik.
Bank Indonesia mencatat, total nominal transaksi uang elektronik selama periode Januari-April 2018 mencapai Rp 13,65 triliun. Nilai ini melonjak 378 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,85 triliun.
Sementara volume transaksi uang elektronik selama periode Januari-April 2018 mencapai 815 juta transaksi atau melonjak hampir 250 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar 233 juta transaksi.
“Pertumbuhan ini ditopang oleh penerapan transaksi nontunai lewat program elektronifikasi di jalan tol dan maraknya diskon e-commerce,“ kata Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko, di Jakarta, Rabu (23/5/2018).
Onny mengatakan BI terus berupaya meningkatkan volume transaksi nontunai dalam rangka mewujudkan less cash society. Seluruh infrastruktur akan diuji guna memastikan terselenggaranya layanan sistem pembayaran secara aman, lancar, dan efisien.
Selain itu, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan peserta Sistem Pembayaran Bank Indonesia dan otoritas lainnya untuk memastikan kegiatan sistem pembayaran optimal. “Infrastrutktur sangat penting terutama bila volume transaksi pada Ramadan dan menjelang Lebaran meningkat,” ujarnya.
Bank Indonesia juga selalu memastikan kesiapan industri untuk penyelenggaraan sistem pembayaran yang aman, andal, dan efisien, khususnya, keandalan sistem transaksi dan top up uang elektronik di ruas jalan tol.
Direktur Manajemen Risiko PT Bank Negara Indonesia Tbk Bob Tyasika Ananta mengatakan, secara umum perbankan mendukung peningkatkan transaksi nontunai karena dapat menekan biaya operasional. Pihaknya pun mengklaim volume transaksi nontunai oleh nasabah BNI tumbuh 14 persen dari tahun lalu.
“Mengurus uang tunai itu memerlukan biaya besar untuk pengiriman, perawatan, dan masih banyak lagi. Tapi bank juga masih harus mengakomodasi prilaku masyarakat yang masih nyaman menggunakan uang tunai,” ujar Bob.
Sementara itu Direktur jaringan dan layanan Bank BRI, Osbal Saragih, mangatakan hingga akhir 2017, tercatat jumlah uang elektronik yang beredar di masyarakat sebanyak 90 juta keping. Sementara pangsa pasar BRI berkisar 10 persen atau 8,8 juta keping dari total uang elektronik yang beredar.
Meski begitu, Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi mengatakan, terdapat kultur dalam masyarakat Indonesia yang tidak bisa sepenuhnya lepas dari penggunaan uang tunai. Hal ini membuat penerapan transaksi nontunai tidak bisa dilakukan dengan cepat bagi masyarakat Indonesia.
“Kita mememiliki kultur yang sedikit beda dari negara barat untuk urusan transaksi keuangan. Kita masyarakat Indonesia seperti warga Jepang, punya kartu nontunai untuk melakukan pembayaran tapi ingin di dompetnya tetap ada uang tunai,” ujarnya.
BI, terus berkoordinasi dengan peserta sistem pembayaran, guna memastikan kegiatan sistem pembayaran seperti penggunaan e-money berjalan optimal. Rosmaya berharap kegiatan ekonomi masyarakat pada bulan Ramadan dan Lebaran 2018 dapat berjalan dengan lancar, aman dan nyaman.