Bendungan Kuningan Ditargetkan Selesai Akhir Tahun
Oleh
NINA SUSILO/ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
KUNINGAN, KOMPAS — Pembangunan Bendungan Kuningan hampir mencapai 80 persen dan direncanakan rampung Desember 2018. Bendungan ini akan menjadi sumber irigasi bagi Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Brebes.
Presiden Joko Widodo meninjau Bendungan Kuningan yang berlokasi di Desa Randusari, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Jumat (25/5/2018). Ini adalah peninjauan pertama Presiden setelah pembangunan berlangsung selama 3,5 tahun. Dalam kunjungannya, Presiden didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, anggota Dewan Pertimbangan Presiden, dan Staf Khusus Presiden Abdul Ghofar Rozin.
”Kita harapkan Waduk Kuningan ini nantinya bisa mengairi 3.000 hektar sawah dan juga akan menjadi air baku untuk lebih kurang 300.000 KK, baik di Kuningan maupun di Brebes,” kata Presiden.
Bendungan Kuningan dengan daya tampung 25,9 juta meter kubik ini akan berfungsi sebagai irigasi yang mengairi 1.000 hektar sawah di kawasan Cileuweung, Kuningan, Jawa Barat, dan 2.000 hektar di kawasan Jangkelol, Brebes, Jawa Tengah.
Bupati Kuningan (2003-2013) Aang Hamid Suganda menceritakan, Bendungan Kuningan memang disiapkan untuk irigasi. Sebab, dari kerja sama antarsembilan kabupaten/kota di Jabar bagian timur dan Jateng bagian barat diketahui masalah kekurangan air di Brebes.
Untuk Kuningan, Brebes juga penghasil beras ketan yang menjadi bahan baku tape ketan khas Kuningan. Karena itu, irigasi ini menjadi penting.
Pembangunan bendungan pun diusulkan kepada Menteri PU saat itu. Pada 2013, Aang meletakkan batu pertama penanda dimulai pembangunan Bendungan Kuningan.
Namun, pembangunan sempat terhenti karena bendungan melalui wilayah Perhutani. Saat itu, sebelum pembangunan infrastruktur di lahan Perhutani, harus disediakan lahan pengganti dengan luasan sama dengan yang digunakan.
”Kalau kebijakan itu diteruskan, pasti tidak ada pembangunan infrastruktur. Di pemerintahan Pak Jokowi-Kalla, lahan Perhutani tidak harus diganti, tetapi dipinjam pakai,” kata Basuki.
Setelah rampung akhir tahun ini, Bendungan Kuningan juga akan berfungsi sebagai penyedia air baku untuk air minum di Kabupaten Kuningan. Setidaknya akan ada debit 300 liter per detik. Selain itu, bendungan juga akan menjadi pengendali banjir yang bisa mengurangi banjir hingga 68 persen.
Di sisi lain, kata Basuki, Bendungan Kuningan juga bisa menjadi tempat wisata baik untuk arena jetski dan permainan air lainnya. Namun, kepala daerah perlu mengatur tegas supaya bendungan tidak digunakan untuk budidaya ikan dalam keramba. Sebab, hal ini akan merusak kualitas air, berbeda dengan perikanan tangkap, seperti memancing.
Potensi sebagai pembangkit listrik juga ada. Namun, Basuki mengakui potensi itu tidak besar. Diperkirakan hanya 500 kW tenaga listrik yang bisa dihasilkan. Ini akan digunakan untuk operasional bendungan dan lingkungannya saja.
Bendungan Kuningan ini berada di Sungai Cikaro yang luas daerah aliran sungai-nya mencapai 23,7 kilometer persegi. Karena manfaat bendungan digunakan dua provinsi, pembangunannya pun dilakukan atas kerja sama Kementerian PUPR melalui melalui Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung dengan daerah hulu, yaitu Pemerintah Kabupaten Kuningan, Jabar, dan daerah hilir Pemerintah Kabupaten Brebes, Jateng. Kerja sama mencakup pembebasan lahan, penanganan aspek sosial dan lingkungan, serta penanganan cagar budaya dan cagar alam di sekitar bendungan.
Adapun pembangunan bendungan dilakukan melalui kerja sama operasi PT Wika-PT Brantas Abipraya dengan konsultan supervisi PT Ika Adya Perkasa JO. Adapun nilai konstruksinya mencapai Rp 491,4 miliar dan supervisi Rp 19,4 miliar.
Bendungan ini terdiri atas bendungan utama dengan tipe urukan random dengan inti di tengah, waduk, dan saluran. Bendungan utama sepanjang 229 meter, sedangkan tinggi dari dasar galiannya mencapai 43 meter. Saluran pengelak air sepanjang 218,42 meter dengan tipe terowongan berdiameter 3 meter-4,5 meter. Saluran ini berfungsi mengendalikan banjir sampai 172,76 meter kubik per detik.
Pembangunan bendungan ini merelokasi 360 keluarga. Warga kemudian ditempatkan di dua lokasi. Sejauh ini, sudah dibangun 100 rumah tipe 36 sebagai pengganti rumah warga yang direlokasi. Lahan untuk permukiman pengganti ini disiapkan Pemerintah Kabupaten Kuningan.
65 bendungan
Sejauh ini, pemerintah tengah menyelesaikan pembangunan 65 bendungan. Jumlah ini, menurut Basuki, terdiri atas 16 bendungan yang sudah dimulai sejak pemerintahan sebelumnya, sedangkan 49 bendungan lainnya dimulai sejak pemerintahan Jokowi-Kalla.
”Waduk, satu per satu akan selesai. Misalnya, Waduk Raknamo (Nusa Tenggara Timur) tahun lalu selesai. Tahun ini delapan waduk lagi akan selesai, termasuk Bendungan Kuningan. Tahun depan akan ada lagi. 49 bendungan memang tidak sedikit,” kata Presiden Joko Widodo.
Beberapa bendungan bagian dari 16 bendungan program pemerintahan sebelum ini yang sudah rampung antara lain Jatigede di Sumedang, Jabar, dan Jatibarang di Semarang, Jateng. Adapun delapan bendungan yang rampung tahun ini, selain Bendungan Kuningan dan Bendungan Raknamo di NTB, adalah Waduk Rotiklot di Kabupaten Belu (NTT), Waduk Logung, Kudus (Jateng), Waduk Gondang Karanganyar (Jateng), Waduk Tanju dan Mila (Nusa Tenggara Barat), Waduk Paselloreng (Sulawesi Selatan), dan Waduk Sei Gong (Batam).
Untuk waduk-waduk yang baru mulai dibangun tahun 2018, kata Basuki, penyelesaiannya paling cepat tahun 2022.