NGAWI, KOMPAS — Perhatian khusus terkait keselamatan, keamanan, dan kenyamanan pemudik yang akan menggunakan ruas tol Trans-Jawa, sebagian besar di antaranya rute Surabaya-Jakarta, penting mendapat perhatian. Jalur Surabaya-Jakarta sepanjang 761 kilometer itu terbagi menjadi 524 kilometer jalur operasional dan 237 kilometer jalan fungsional.
Perhatian khusus terkait kesiapan terutama penting diberikan bagi ruas fungsional yang didefinisikan Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai ruas jalan yang pekerjaan konstruksi utamanya sudah selesai. Selain itu telah dilengkapi rambu-rambu dan marka, penerangan jalan, dan tempat istirahat sementara pada sejumlah lokasi.
Hal itu perlu dilakukan karena masih ada ruas jalan dengan permukaan tanah, lapisan makadam (pengerasan jalan dengan lapisan batuan kasar dan halus), rambu penunjuk arah yang minim dan cenderung tidak ada, tempat istirahat yang kurang dan bahkan nihil, serta sejumlah persimpangan jalan tol dengan jalan desa. Pemerintah berencana menggunakan jalan tol fungsional sebagai jalur mudik dan balik pada H-10 Lebaran.
Jalan tol fungsional itu adalah ruas tol Pemalang-Batang sepanjang 39,2 kilometer (km), Batang-Semarang 75 km, Salatiga-Kertosuro 32 km, Solo-Ngawi 50,8 km, Ngawi-Kertosono 39,05 km, dan Kertosono-Mojokerto 0,90 km. Jalan fungsional itu akan dibuka sepanjang hari.
Berdasarkan hasil pemantauan Kompas di ruas-ruas jalan tol fungsional itu pada 21-24 Mei 2018, ada sejumlah titik yang memerlukan perhatian. Di ruas Batang-Semarang, terutama Batang-Kendal, masih didominasi makadam. Sebagian di antaranya bahkan masih berupa jalan tanah. Jika terjadi hujan, dapat dipastikan jalan tersebut berlumpur.
Di ruas jalan itu juga masih ada jembatan darurat (bailey) yang hanya dapat dilewati satu mobil di Kali Boyo dan Kali Urang, Batang. Selain itu, tidak ada area istirahat karena kanan dan kirinya berupa sawah dan hutan karet. Di kanan kiri ruas jalan tersebut juga tidak tampak perkampungan penduduk atau aktivitas penduduk, tetapi semata-mata ekosistem hutan serta sawah.
Di ruas Salatiga-Kertosuro, ada jalan yang sudah dibeton dan ada juga yang masih berupa lapisan makadam. Sementara di ruas Solo-Ngawi, masih ada gundukan tanah yang masih perlu dirapikan karena menyelimuti sebagian jalan. Di ruas itu juga terdapat enam persimpangan jalan tol dan jalan desa yang sementara ini masih dibuka untuk lalu lintas kendaraan. Hal itu terjadi karena jembatan layang penghubung antardesa masih belum selesai dibangun.
Jalan tol fungsional perlu dipersiapkan secara matang. Pasalnya masih banyak titik menggunakan jalan makadam, sepi, dan minim fasilitas.
Peneliti Laboratorium Transportasi Universitas Katolik Soegijapranata Djoko Setijowarno mengatakan, pada umumnya persiapan arus mudik dan balik pada tahun ini lebih baik. Ia berharap moda transportasi dimanfaatkan secara optimal kendati khusus untuk angkutan laut belum dipikirkan moda integrasinya ke terminal-terminal terdekat.
Pemanfaatan jalan tol, baik operasional maupun fungsional, juga akan sangat membantu pemudik. Namun, pemudik pengguna jalan darat diharapkan tidak hanya memilih jalan tol, tetapi juga jalan nasional lama.
”Jalan tol fungsional perlu dipersiapkan secara matang. Pasalnya, masih banyak titik menggunakan jalan makadam, sepi, dan minim fasilitas bagi pemudik, terutama di ruas Batang-Kendal,” katanya.
Pemimpin proyek Jalan Tol Batang-Semarang R Beni Dwi Septiadi mengatakan, jalan tol fungsional Batang-Semarang kemungkinan akan siap pada H-3 Lebaran. Pemerintah akan melengkapi jalur itu dengan area istirahat, rambu-rambu, dan lampu di sejumlah titik darurat.
Ada delapan area peristirahatan sementara yang terdiri dari empat area parkir dan empat area peristirahatan. Di empat area peristirahatan itu akan dilengkapi antara lain dengan mushala, tempat pengisian bahan bakar, dan toilet.
”Terkait dengan jembatan darurat, kami tidak akan mengarahkan pemudik melalui jembatan itu. Kami sedang merampungkan jalan permanen sehingga pemudik dapat melewati jalan itu,” katanya.
Jalan permanen merupakan konstruksi jalur dengan tiang-tiang pancang di ruas tersebut yang kini tengah dikebut pengerjaannya. Para pekerja dan sejumlah truk pengangkut semen hilir mudik melintasi jembatan darurat yang bersisian dengan jalan permanen tersebut.
Beni menambahkan, pemerintah juga telah menyediakan empat pintu keluar jalan tol fungsional Batang-Semarang di Kandeman, Gringsing, Kaliwungu, dan Krapyak. Tujuannya adalah untuk membuka akses pemudik yang akan melewati jalan nasional pantai utara menuju ke daerahnya dan mengatasi kemacetan.
Sebagian di antaranya juga ditujukan untuk mengalihkan pemudik yang sebelumnya menyusuri jalur tersebut, tetapi kemungkinan masih bakal terkendala pembangunan Jembatan Kali Kuto, di Gringsing, Batang. Saat ini, jembatan yang berbatasan dengan Kabupaten Kendal itu masih terus dikejar penyelesaiannya.
Waspadai titik kemacetan
Adapun jalur operasional merupakan ruas jalan yang sudah laik dan siap dioperasikan. Kesiapan itu, di antaranya, ditandai dengan Sertifikat Laik Fungsi Jalan Tol serta Sertifikat Laik Operasi. Masing-masing diterbitkan oleh Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan dan Badan Pengatur Jalan Tol.
Pada ruas ini, sejumlah hal yang mesti diwaspadai adalah penyempitan lajur pada sejumlah ruas, kerusakan jalan, dan potensi terjadinya antrean kendaraan pada sebagian gerbang tol. Salah satu di antaranya gerbang tol Pemalang dengan lajur yang menyempit jelang keluar. Ini masih ditambah dengan langsung bertemunya arus kendaraan dari gerbang tol dengan lalu lintas di perempatan jalan yang mempertemukan arus menuju dan dari lingkar luar Pemalang, Pekalongan, dan Semarang.
Kementerian Perhubungan memprediksi kendaraan pribadi yang digunakan untuk mudik Lebaran tahun ini sebanyak 12,24 juta kendaraan atau meningkat 27 persen dibandingkan tahun lalu. Dari total itu, sebanyak 3,72 juta mobil dan 8,52 juta adalah sepeda motor.
Khusus di jalan tol, Kementerian Perhubungan memperkirakan akan terjadi lalu lintas sebesar 70 persen untuk arus mudik dan 80 persen untuk arus balik. Kenaikan tertinggi diperkirakan terjadi di Gerbang Tol Palimanan, Jawa Barat, mencapai 478 persen; disusul Gerbang Tol Banyumanik di Semarang, Jawa Tengah 176 persen; dan Gerbang Tol Merak, Banten, 163 persen.