JAKARTA, KOMPAS – Infrastruktur strategis di Jawa Barat, yakni Pelabuhan Patimban dan Bandara Kertajati, akan terhubung dengan jaringan jalan nasional dan tol Trans Jawa. Dengan adanya akses jalan tol, diharapkan pengembangan kawasan akan semakin cepat .
Pemerintah kini tengah melelang pembangunan jalan akses ke Pelabuhan Patimban sepanjang 8,1 kilometer. Jalan akses Pelabuhan tersebut akan tersambung dengan Jalur Pantai Utara atau Pantura. Selain itu, akan dibangun pula jalan tol Akses Patimban.
“Untuk tahap pertama, akan dibangun jalan akses Pelabuhan Patimban yang saat ini sedang dilelang proyeknya. Mudah-mudahan minggu depan sudah ditentukan pemenangnya. Tahap berikutnya akan dibangun jalan tol Akses Patimban yang tersambung dengan tol Cikopo-Palimanan,” kata Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Arie Setiadi Moerwanto, Jumat (25/5/2018), di Jakarta.
Jalan Akses Patimban akan tersambung dengan Jalur Pantura. Menurut rencana, jalan akses Pelabuhan Patimban akan dibangun 2 lajur untuk 2 arah dan ke depan dapat dilebarkan menjadi 3 lajur. Dana yang dibutuhkan sekitar Rp 1,5 triliun yang merupakan pinjaman dari Jepang.
Menurut Arie, Jalan Akses Pelabuhan Patimban harus selesai pada Maret 2019 berbarengan dengan rencana pengoperasian Pelabuhan Patimban. Oleh karena itu, pihaknya akan mempercepat pembangunannya agar selesai tepat waktu. Saat ini, sudah 30 persen lahan telah dibebaskan.
“Sebagian besar lahan yang diperlukan untuk jalan akses milik pemerintah daerah dan Kementerian Pertanian. Tentu lahan tersebut akan dibeli,” kata Arie.
Terkait rencana pembangunan tol Akses Patimban sepanjang 40 km, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengatakan, pemerintah telah memberikan izin prinsip pembangunan tol tersebut kepada konsorsium PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Jalan tol tersebut akan tersambung dengan tol Cipali di daerah Subang dan direncanakan beroperasi pada 2020.
“Dengan adanya tol Akses Patimban, maka Pelabuhan Patimban dapat tersambung langsung ke jalan tol. Prakarsanya sudah disetujui dan tinggal menunggu dokumen pengadaan lahan sebagai dasar lelang,” kata Herry.
Jalan tol Akses Patimban membutuhkan investasi sebesar Rp 5,35 triliun. Menurut rencana, konstruksi tol dimulai tahun ini sehingga dapat beroperasi pada 2020 dengan masa konsesi 45 tahun.
Menurut Herry, jalan tol bersifat pendukung infrastruktur strategis. Jalan tol akan mempercepat kendaraan niaga atau truk dari satu kawasan industri menuju pelabuhan dan sebaliknya. Di sisi lain, aktivitas masyarakat tidak terganggu karena truk tidak bercampur dengan kendaraan masyarakat.
Salah satu upayanya lainnya, lanjut Herry, adalah menghubungkan Bandara Kertajati langsung dengan tol Cipali. Saat ini tengah disiapkan pembangunan akses langsung dari tol Cipali menuju Bandara Kertajati sepanjang 4 km. Dengan demikian, masyarakat dapat langsung masuk ke Bandara Kertajati tanpa perlu keluar jalan tol.
Ke depan, tol Cipali yang merupakan bagian dari tol Trans Jawa akan terhubung dengan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan atau Cisumdawu sehingga membentuk sebuah jaringan jalan tol. Saat ini, konstruksi tol Cisumdawu yang terdiri dari 6 seksi telah berjalan di seksi 2 dan seksi 1 yang merupakan bagian pemerintah. Sementara, untuk porsi badan usaha tengah dimulai di seksi 3. Adapun rata-rata pengadaan lahan untuk keenam seksi sekitar 38 persen.
Secara terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Jasa Marga (Persero) Tbk Agus Setiawan ketika dikonfirmasi mengatakan, setelah ditetapkan sebagai pemrakarsa, kini pihaknya bersiap untuk mengikuti tender investasi yang akan diselenggarakan BPJT. Adapun konsorsium pemrakarsa tol Akses Patimban adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Surya Semesta Internusa, PT Jasa Sarana, dan PT Daya Mulia Turangga. “Saat ini proses tender investasi belum dimulai”, kata Agus.