Pertumbuhan Utang Luar Negeri Triwulan I-2018 Melambat
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan utang luar negeri Indonesia pada triwulan I tahun 2018 melambat. Kendati demikian, jumlah utang luar negeri secara keseluruhan pada masa pemerintahan Joko Widodo cenderung meningkat.
Berdasarkan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia pada Mei 2018 oleh Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan, utang luar negeri (ULN) pada akhir triwulan I-2018 sebesar 358,7 miliar dollar AS. Pertumbuhan yang terjadi sebesar 8,7 persen year on year (yoy), melambat dibandingkan masa yang sama tahun 2017, yaitu 10,4 persen yoy.
Bank Indonesia menyatakan, perkembangan ULN total tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Kondisi tersebut terlihat dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir triwulan I-2018 yang tercatat stabil sekitar 34 persen.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira Adhinegara, saat dihubungi di Jakarta, Selasa (29/5/2018), mengatakan, ULN melambat karena selisih nilai tukar rupiah ke dollar AS yang besar.
Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada 28 Mei menjadi Rp 14.065 per dollar AS. Pada 24 Mei lalu, nilai tukar bahkan mencapai Rp 14.205 per dollar AS.
”Salah satu akibatnya, pihak swasta juga berpikir dua kali untuk menambah utang. Apalagi, The Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuan,” kata Bhima.
BI menyebutkan, ULN swasta di sektor industri pengolahan serta pengadaan listrik, gas, dan uap/air panas (LGA) tumbuh melambat. Pertumbuhan ULN sektor industri pengolahan dan sektor LGA pada triwulan I-2018 masing-masing tercatat 4,4 persen dan 19,3 persen, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya.
Bhima mengatakan, ULN swasta turun di sektor yang berkaitan dengan permintaan domestik. Situasi itu secara tidak langsung menunjukkan rendahnya permintaan dan daya beli masyarakat.
Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Piter Abdullah mengatakan, pelambatan ULN tidak serta-merta menunjukkan tren positif. Jumlah ULN secara keseluruhan menunjukkan tren peningkatan sejak 2015.
Statistik Utang Luar Negeri Indonesia pada Mei 2018 menyebutkan, jumlah utang luar negeri Indonesia naik secara konsisten dari tahun ke tahun. Jumlah ULN pada tahun 2015 sebesar 310,7 miliar dollar AS. Pada 2016, ULN naik menjadi 320 miliar dollar AS. Sementara per Desember 2017, ULN menjadi 353,3 miliar dollar AS.
”Peningkatan itu seiring dengan upaya pemerintah untuk membangun infrastruktur,” ujarnya. Dengan demikian, ULN diperkirakan akan kembali meningkat pada tahun ini.
Secara keseluruhan, lanjut Piter, struktur utang negara perlu segera dibenahi kendati masih di batas aman. Porsi ULN Indonesia dari utang negara kini sekitar 29 persen. Porsi tersebut dinilai terlalu besar sehingga membuat perekonomian Indonesia rapuh.
Piter membandingkan, Jepang memiliki utang negara hingga 100 persen dari PDB. ”Namun, porsi ULN Jepang hanya 5 persen,” katanya.
Dengan meningkatnya porsi ULN dalam utang negara, pemerintah semakin membutuhkan dollar AS untuk membayar utang. Adapun utang luar negeri lebih meringankan negara karena pembayaran utang menggunakan kurs rupiah.
Ia menuturkan, pengalihan utang luar negeri ke dalam negeri dapat dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah perluasan pasar domestik dengan meningkatkan penawaran surat berharga negara (SBN) ritel secara daring atau e-SBN melalui perusahaan teknologi finansial dengan nilai investasi lebih menarik.