4,6 Juta UMKM Sudah Gunakan Kanal Penjualan Daring
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah berupaya memfasilitasi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah terjun ke bisnis dalam jaringan. Upaya ini dianggap mampu menggenjot pendapatan serta kontribusi mereka terhadap pendapatan nasional.
Asisten Deputi Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM, Herustiati, Senin (28/5/2018), di Jakarta, menyebut fasilitasi itu terangkum dalam program UMKM Go Online dengan target ada delapan juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah berhasil dientaskan ke bisnis daring tahun 2020. Sasaran utama adalah mereka yang sudah mempunyai produksi barang dan belum pernah terjun menjajal pemasaran daring.
Menurut dia, program UMKM Go Online berkolaborasi lintas kementerian dan lembaga, seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan. Sejak dicetuskan sekitar tiga tahun lalu sampai sekarang, sebanyak 4,6 juta sudah berhasil terjun ke penjualan daring. Sebagian besar berlatar belakang sektor ekonomi kreatif.
"Kami memantau sampai mereka berhasil mencatatkan transaksi daring," kata Herustiati.
Dia mengemukakan, pihaknya juga turut memfasilitasi UMKM mendaftarkan hak kekayaan intelektual dan halal. Pada tahun lalu, sekitar 2.500 usaha berhasil difasilitasi. Pihak Kementerian Koperasi dan UKM pun ikut berperan membayar biaya pengajuan pendaftaran. Tahun 2018, anggaran fasilitasi tersebut hanya mampu menyasar dengan jumlah yang sama.
"Tidak semua UMKM dapat difasilitasi. Kendala kami terletak pada anggaran. Kalau permodalan usaha, kami memang mengarahkan UMKM memanfaatkan Badan Layanan Umum Dana Bergulir di bawah Kementerian Koperasi dan UKM," imbuh Herustiati.
Staf Khusus Menteri Bidang Program Management Office Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Lis Sutijati, menyebut payung semuanya itu adalah gerakan nasional Ayo UMKM Jualan Online. Gerakan ini berbentuk memberikan pendampingan bisnis daring baik kepada produsen maupun pedagang. Kemkominfo bekerja sama dengan relawan teknologi informasi komunikasi dan pengelola laman pemasaran saat memberikan pelatihan.
Pendampingan meliputi bentuk onboarding atau memasukkan UMKM ke platform toko daring, membantu mereka untuk aktif berjualan daring, dan mempersiapkan pelaku masuk ke pasar internasional. Selama pendampingan ini, Kemkominfo siap memfasilitasi dan menghubungkan ke kementerian/lembaga ataupun laman pemasaran terkait.
"Pelatihan ini bukan berarti mengajak mereka menutup saluran pemasaran luring (offline). Platform daring harus dilihat sebagai sarana lain untuk memperluas penjualan mereka," ujar dia.
Sebagai ilustrasi, Lis mengutip salah satu hasil riset McKinsey yang intinya adalah penggunaan platform daring dapat meningkatkan kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto dua kali lipat.
Khusus ramadhan, gerakan Ayo UMKM Jualan Online diimplementasikan dalam bentuk kegiatan Ramadhan Express. Kegiatan ini memfasilitasi para UMKM untuk mulai berjualan daring, terutama mereka yang memproduksi dan berdagang barang-barang yang banyak diminati selama ramadhan.
Kegiatan Ramadhan Express dilaksanakan selama dua minggu di sembilan kota, antara lain Solo, Padang, dan Tasikmalaya. Pemilihan kota tersebut berdasarkan sentra produksi yang banyak bertebaran di sana.
Kegiatan Ramadhan Express dikelola Kemkominfo bersama Kementerian Koperasi dan UKM, Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya, GrabFood, Blanja.com, Bukalapak, Tokopedia, dan Blibli.com. Lis mengemukakan tidak ada target khusus jumlah UMKM yang bisa mengikuti kegiatan ini.
"Kami membantu UMKM itu onboarding. Kami tidak memungut biaya," imbuh Lis.
Pada saat bersamaan, Koordinator Penggerak Pelapak Bukalapak, Dicky Krisnadi Djuarsa, menceritakan, sejumlah mitra mereka, baik produsen maupun pedagang, biasanya tidak terlalu gagap teknologi. Hanya saja, mereka kurang terlatih menggunakan teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi serta perluas pasar. Kendala lain yaitu hulu produksi, seperti bahan baku.
Pada awal 2018, dia mengatakan, sekitar 200 orang anggota timnya terlibat dalam program pelatihan UMKM terjun ke bisnis daring. Materi pelatihan mencakup mulai dari mengemas hingga berjualan di platform daring, seperti Bukalapak. Setiap bulannya program diikuti 5.000 orang UMKM dan sekitar 30 persen di antaranya berstatus produsen.
"Pelapak berstatus pedagang biasanya suka menjual barang buatan produsen lokal alias reseller. Seiring berjalannya waktu, mereka berani memproduksi barang baru sehingga tidak melulu menjadi reseller. Kejadian seperti ini biasa terjadi di kami," kata Dicky.