JAKARTA, KOMPAS – Total pendapatan industri asuransi pada triwulan I-2018 turun 7,8 persen. Faktor penyebabnya adalah nilai negatif dari hasil investasi. Meski demikian, hal itu masih diimbangi naiknya pendapatan premi. Industri asuransi pun diyakini tetap tumbuh positif hingga akhir tahun.
“Memang total pendapatannya turun. Itu disebabkan hasil investasi yang penurunannya drastis menjadi minus. Namun, sebenarnya kalau melihat pertumbuhan premi asuransi jiwa terlihat kita masih on track,” kata Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim, dalam jmupa pers, Senin (28/5), di Jakarta.
Laporan kinerja industri asuransi jiwa pada triwulan I-2018 mencatat, total pendapatan industri asuransi jiwa turun menjadi Rp 51,97 triliun atau turun 7,8 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 56,37 triliun. Sementara, hasil investasi tercatat anjlok dari Rp 11,8 triliun menjadi minus Rp 2,86 triliun atau negatif 124,2 persen.
Data 2018 berdasarkan data 58 dari 59 perusahaan dan belum diaudit. Sementara, data triwulan I-2017 berdasarkan data 56 dari 58 perusahaan.
Menurut Hendrisman, hasil investasi yang turun drastis tersebut terkait erat dengan kondisi pasar saham yang ditandai dengan gejolak dan turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG) beberapa waktu lalu. Sementara, dana asuransi jiwa sekitar 30 persen dialokasikan pada reksadana, 30 persen pada saham, dan lainnya ada di surat berharga, sukuk, dan properti.
“Hasil investasi turun besar karena kondisi pasar modal yang belum terlalu baik sehingga berimbas pd imbal hasil investasi. Pada triwulan I ini kami tidak mengejar soal laba karena sifatnya masih sementara. Memang laba turun, tapi di akhir tahun akan tumbuh,” ujar Hendrisman.
Menyikapi kondisi tersebut, lanjut Hendrisman, pada dasarnya perusahaan asuransi tetap akan mencari portofolio investasi yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi dibanding deposito atau properti yang masih di kisaran 2-3 persen. Kemungkinan akan banyak portofolio yang berpindah ke reksadana dan saham karena dinilai memberi imbal hasil lebih tinggi.
Namun demikian, lanjut Hendrisman, secara keseluruhan pihaknya yakin kinerja asuransi jiwa akan tumbuh positif. Berkaca dari 10 tahun terakhir, industri asuransi tumbuh 10 persen dan hanya sekali meleset pada 2008, yakni tumbuh 5 persen.
Ketua Bidang Hukum dan Kepatuhan AAJI Maryoso Sumaryono menambahkan, meskipun hasil investasi negatif, namun aset investasi naik. Sebab, pendapatan premi tumbuh signifikan turut menambah aset investasi. Adapun total aset di akhir triwulan I-2018 tercatat Rp 550,08 triliun atau tumbuh 15,6 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 474,75 triliun.
Total pendapatan premi asuransi jiwa pada triwulan I-2018 meningkat 23,3 persen menjadi Rp 52,59 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 42,58 triliun. Peningkatan tersebut merupakan kontribusi dari saluran distribusi bancassurance (46,4 persen), saluran keagenan (37,2 persen), dan saluran distribusi alternatif (16,5 persen).
Sementara itu, total klaim dan manfaat juga mengalami kenaikan 43,5 persen menjadi Rp 34,51 triliun dari Rp 24,05 triliun. Dari jumlah itu, klaim nilai tebus (surrender) memiliki porsi terbesar dalam pembayaran klaim dan manfaat, yakni mencapai 60,3 persen. “Peningkatan klaim ini karena meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai,” kata Maryoso.
Ketua Bidang Kerjasama dan Hubungan Internasional AAJI Wiroyo Karsono menambahkan, total tertanggung industri asuransi jiwa turun atau negatif 1,6 persen menjadi 58,27 juta orang dari 59,21 juta orang. Penurunan tersebut baik dari tertanggung kumpulan (negatif 1,8 persen) maupun tertanggung individu (negatif 1,2 persen). Penurunan jumlah tertanggung disebabkan banyaknya klaim nilai tebus di triwulan I-2018 yang mencapai 60,3 persen.
Sementara, jumlah tenaga pemasar asuransi pada triwulan I-2018 berjumlah 592.913 orang, naik 4,7 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 566.536 orang. "Porsi terbesar tenaga pemasar asuransi berasal dari agen asuransi, lalu bancassurance, lalu saluran alternatif. Tentu AAJI akan terus memperluas asuransi jiwa," kata Wiroyo. (NAD)