Gawai di tangan, dana di dompet elektronik, dan catatan tersedia. Jari bergerak lincah di layar gawai, sesekali mengintip catatan, lalu, selesai sudah transaksi perpindahan dana. Semua transaksi dilakukan secara nontunai. Praktis.
Lani (37), ibu rumah tangga sekaligus tenaga pemasaran digital di Jakarta, adalah pengguna aktif Go-Pay. Setiap bulan, ia mengisi ulang saldo Go-Pay di gawainya hingga lebih dari Rp 2 juta. Dengan dana itu, ia bisa mengakses berbagai fitur di platform Go-Jek, seperti naik mobil dengan Go-Ride, naik taksi dengan Go-BlueBird, memesan makanan melalui Go-Food, dan mengirim barang lewat Go-Send.
Kini, semua anggota keluarga Lani menggunakan dompet elektronik di platform yang sama. Mereka bisa saling mengirim uang elektronik untuk bertransaksi melalui platform itu.
Adapun Anggun (30), perempuan lajang yang bertempat tinggal di Bekasi, Jawa Barat, mengaku lebih nyaman bertransaksi secara nontunai, baik menggunakan dompet elektronik ataupun kartu debet dan kredit. Ia biasa bertransaksi menggunakan Go-Pay dari Go-Jek dan Jenius dari PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. Go-Pay digunakannya untuk membayar ongkos transportasi melalui Go-Ride dan Go-Car, sedangkan Jenius untuk membeli tiket pesawat dan memesan hotel secara dalam jaringan.
Anggun juga menggunakan platform perdagangan elektronik atau e-dagang Tokopedia untuk membayar berbagai tagihan, seperti listrik, telepon, internet, dan jaminan sosial kesehatan.
”Saat menerima gaji, saya langsung mengalokasikan sejumlah dana ke tiga fasilitas tersebut. Nantinya saya gunakan untuk membayar berbagai pengeluaran rutin,” kata Anggun.
Kepraktisan dan kenyamanan menjadi daya tarik bagi konsumen dalam menggunakan platform e-dagang untuk membayar berbagai tagihan.
Himawan, karyawan swasta di Serpong, Tangerang Selatan, Banten, menuturkan, ia dan istrinya rutin membayar berbagai tagihan bulanan melalui laman e-dagang sejak tahun lalu. Dengan membuka satu kanal e-dagang, ia bisa membayar tagihan listrik, air, gas, kartu kredit, telepon, serta pajak bumi dan bangunan. ”Nyaman, karena hampir semua (tagihan) bisa dibayar melalui satu laman e-dagang,” ujarnya.
Himawan menambahkan, laman e-dagang memungut biaya administrasi untuk setiap transaksi pembayaran. Namun, tidak jarang laman itu menawarkan pengembalian dana. Bahkan, ada laman e-dagang yang menawarkan cicilan untuk pembayaran tagihan. Pengembalian dana tersebut tidak berupa uang tunai, tetapi ditambahkan pada saldo kas akun pengguna.
Lebaran
Periode menjelang Lebaran juga digunakan penyedia platform transaksi digital untuk memudahkan masyarakat. Layanan yang disediakan mengacu pada kebutuhan konsumen yang kerap muncul menjelang Lebaran, di antaranya mengirimkan uang kepada rekan atau kerabat.
Maka, kebutuhan mengirimkan uang secara digital pun menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan penyedia platform.
Digital Banking Value Proposition & Product Head BTPN Irwan Sutjipto Tisnabudi memaparkan, menjelang Lebaran, pihaknya sudah melakukan riset. Hasilnya, tak sedikit orang yang telah mengirim uang untuk sanak famili, orang tua, atau yayasan sosial menggunakan fasilitas transfer di Jenius menjelang Lebaran.
Meskipun, masih ada orang-orang yang berpandangan, menyerahkan uang secara tunai lebih baik karena bisa melihat ekspresi penerimanya.
”Semula kami ingin membuat Lebaran kali ini berbeda. Kami menangkap ada pengiriman uang menjelang Lebaran, tetapi biasanya pesan tidak sampai. Oleh karena itu, kami membangun #Moneymoji, yaitu ketika orang mentransfer uang, mereka akan mengirimi kartu dengan berbagai karakter formal dan informal yang berisi pesan secara digital. Baru penerima bisa melihat uang kiriman,” kata Irwan.
Dari #Moneymoji untuk Lebaran ini, BTPN akan mengembangkannya untuk berbagai keperluan seperti saat Natal, Imlek, hari ulang tahun, hari kelahiran, angpau pernikahan, dan lain-lain. Beberapa kalangan telah merespons layanan ini dan menyebutkan jika #Moneymoji tergolong keren, pesannya sampai, dan inovatif.
CEO Dana, Vince Iswara, mengatakan, sebagai dompet digital, Dana dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pendidikan, layanan publik, dan layanan sosial. Layanan ini mendukung transaksi dengan mudah, praktis, dan aman. Dana berinovasi dengan membangun teknologi dompet digital yang terintegrasi pada platform rekanan, seperti di Bukalapak, TixID, BBM, dan Ramayana.
”Transaksi tunai terbukti tidak efisien. Pemerintah harus mengeluarkan uang lebih dari Rp 2 triliun untuk menyediakan uang tunai bagi masyarakat. Risiko menggunakan uang tunai juga lebih besar dan tidak praktis, terutama di dunia digital seperti saat ini,” kata Vince.
Sementara, Go-Jek Indonesia juga berusaha menggenjot permintaan fitur jasa di ekosistemnya selama Ramadhan, melalui program #CariPahala. Managing Director Go-Pay Budi Gandasoebrata menjelaskan, salah satu wujud #CariPahala adalah kemudahan bersedekah secara digital menggunakan Go-Pay.
Go-Jek berkolaborasi dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) yang memudahkan pengguna memindai kode baca cepat (QR Code) untuk bersedekah.
Kemudahan diciptakan melalui berbagai cara, termasuk melalui teknologi digital. Semakin mudah dan nyaman, konsumen semakin senang.