JAKARTA, KOMPAS — Penjualan emas perhiasan di sejumlah toko di Jakarta masih stagnan dalam dua minggu terakhir atau dua pekan di awal bulan Ramadhan. Penjualan diperkirakan baru meningkat sepekan sebelum Idul Fitri.
Tak meningkatnya penjualan emas perhiasan disampaikan sejumlah pedagang di Pasar Palmerah, Jakarta, Sabtu (2/6/2018). Tak banyak pembeli terlihat di toko-toko emas perhiasan.
”Penjualan dalam dua minggu terakhir masih sama seperti hari-hari sebelum memasuki Ramadhan. Pembeli masih berkisar 10-15 orang per hari,” ujar karyawan Toko Mas Nadya, Arief.
Situasi berbeda terjadi tahun lalu pada periode sama. Pembeli sudah ramai mengunjungi toko emas dengan puncak penjualan seminggu sebelum Lebaran.
Menurut Arief, harga emas perhiasan memang naik drastis tahun ini dibandingkan tahun lalu. Kalung berbobot 10 gram dengan kadar 70 persen, misalnya, tahun ini dijual Rp 5 juta. Tahun lalu harganya masih Rp 4 juta.
Vivi, manajer Toko Mas Senang Hati, menyatakan, tak meningkatnya penjualan emas perhiasan tak lepas dari masih rendahnya daya beli masyarakat. Ia berharap penjualan emas perhiasan meningkat jelang Lebaran karena belanja diperkirakan meningkat dengan cairnya tunjangan hari raya bagi karyawan/buruh dan PNS.
”Emas perhiasan biasanya jadi salah satu barang yang paling diminati saat Lebaran,” katanya.
Naik
Transaksi harian di tempat penukaran mata uang asing mulai meningkat dalam dua minggu terakhir. Peningkatan transaksi hingga 10 persen.
Peningkatan transaksi terjadi di dua tempat penukaran uang, yakni Primatama Cabang Gadjah Mada dan Dolarindo Cabang Gadjah Mada, Jakarta.
”Ada peningkatan jumlah penukar hingga 60 orang dari sebelumnya tak lebih dari 50 orang,” kata teller Dolarindo Cabang Gadjah Mada, Dimas Prasetyo Nugroho, Sabtu, yang enggan menyebutkan angka transaksi harian.
Empat mata uang asing yang paling banyak ditukar adalah dollar AS dengan nilai kurs Rp 13.945, dollar Singapura (Rp 10.485), ringgit (Rp 3.560), dan baht (Rp 444).
Transaksi diperkirakan terus meningkat menjelang Lebaran. Dolarindo dan Primatama mengantisipasinya dengan menambah stok baik rupiah ataupun mata uang asing, terutama empat mata uang yang sering ditukarkan konsumen.