JAKARTA, KOMPAS Kompetisi di antara pelaku industri layanan jasa teknologi finansial pembayaran semakin ketat. Pelaku industri berupaya menjadi yang terdepan dalam mengembangkan inovasi agar bisnis tumbuh berkelanjutan.
Vice President PosPay PT Pos Indonesia (Persero) Hanggoro Feriawan yang dihubungi dari Jakarta, Sabtu (2/6/2018), mengatakan, perusahannya sudah lama mempunyai giro pos atau sarana pelayanan lalu lintas uang dengan pemindahbukuan melalui pos. Sarana ini akan dioptimalkan penuh menjadi sistem inti giro sehingga dapat menjadi muara berbagai jenis transaksi yang dilayani Pos Indonesia.
Transaksi yang didorong PosPay berupa dompet dan uang elektronik. Kedua produk itu dianggap mampu meningkatkan loyalitas pelanggan. Sejauh ini, Pos Indonesia masih mengurus kewajiban periziannya di Bank Indonesia.
Dengan pengembangan sistem inti giro, Pos Indonesia berharap volume dan nilai transaksi tagihan atau pembayaran bisa naik lagi. Produk teknologi finansial berbasis akun, seperti model dompet elektronik, diperkirakan lebih menguntungkan dalam dua hingga tiga tahun mendatang.
"Teknologi digital bergerak cepat. Kami dituntut adaptif dan selalu siap bertransformasi," ujar Hanggoro.
Volume transaksi pembayaran dalam jaringan yang dikelola Pos Indoenesia sempat menyentuh 20 juta per bulan. Namun, sejak 2015, volumenya cenderung turun. Pada akhir 2017 hingga sekarang, volume transaksi mencapai 14 juta per bulan. Penurunan volume transaksi itu diduga akibat kompetisi yang kian ketat dalam sistem pembayaran.
Sejauh ini, perbankan, perusahaan rintisan tekfin, perdagangan secara elektronik, gerai ritel, dan minimarket juga menawarkan layanan serupa. Jasa layanan itu diberikan dalam 24 jam sehari. Waktu layanan ini yang tidak dimiliki PT Pos Indonesia karena hanya beroperasi hingga sore hari.
Agar mampu bersaing, Hanggoro menyebutkan, perusahaannya telah mengeluarkan aplikasi mobile PosPay dan mobile agent pos. Pada 2017, bisnis Pospay berkontribusi Rp 700 miliar dari total pendapatan Pos Indonesia yang sebesar Rp 4,8 triliun.
Persaingan
Persaingan layanan tekfin kian sengit. Hal ini antara lain terindikasi dari kemunculan pemain baru dalam bisnis ini.
Direktur OVO Johnny Widodo yang dihubungi terpisah, mengatakan, OVO sudah bisa dipakai di lebih dari 409 mal di 212 kota. Adapun mitra pembayaran sekitar 32.000 perusahaan.
OVO yang diluncurkan pada Maret 2017, bisa dimanfaatkan di luar ekosistem unit usaha Grup Lippo. OVO antara lain bekerja sama dengan penyedia fasilitas kupon diskon Fave (sebelumnya bernama Groupon), Pakuwon Group, dan Lion Air Group.
"Total pengguna OVO sekitar 9,5 juta orang. Kami memang masuk melalui jalur pembayaran transaksi makanan dan minuman, sebagai salah satu upaya membangun kebiasaan masyarakat. Dengan demikian, akuisisi pelanggan baru menjadi lebih mudah," ujar Johnny.