JAKARTA, KOMPAS — Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau Bocimi yang dilanjutkan hingga tersambung di Tol Padalarang akan menjadi jalur tol alternatif dari Jakarta menuju Bandung. Sebab, Tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi atau Purbaleunyi dinilai mulai jenuh.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna di Jakarta, akhir pekan lalu, menyatakan, Tol Purbaleunyi didesain hanya untuk dua lajur. Sementara kendaraan dari Tol Jakarta-Cikampek 3-4 lajur. Jika tidak diantisipasi, Purbaleunyi akan penuh. ”Padahal, interaksi kedua kota sangat tinggi,” ujarnya.
Konsesi Tol Bocimi dipegang PT Trans Jabar Toll. Saat ini, konstruksi masih berlangsung di Seksi 1 Ciawi-Cigombong. Tol sepanjang 54 kilometer (km) ini direncanakan beroperasi paling lambat tahun 2019.
Sebelumnya, ruas Tol Sukabumi-Ciranjang-Padalarang direncanakan menjadi satu ruas tersendiri. Namun, proses agar sebuah ruas dapat dilelang dan mendapatkan badan usaha yang akan membangunnya butuh waktu yang panjang, sampai tiga tahun. Sementara, kebutuhan jalur baru sudah mendesak.
Oleh karena itu, pembangunannya dibagi dua. ”Jadi, dari Sukabumi akan diperpanjang sampai Ciranjang. Sementara, dari arah sebaliknya, PT Jasa Marga selaku BUJT (Badan Usaha Jalan Tol) Purbaleunyi yang akan menyambung dari Padalarang ke Ciranjang. Pembangunan jalur ini akan mengembangkan juga koridor Sukabumi dan daerah yang dilalui,” ujar Herry.
Menurut Herry, pemerintah bertanggung jawab atas pembebasan lahan terkait penambahan panjang jalan tersebut. Meski ruas Sukabumi-Ciranjang-Padalangan dikabarkan tidak termasuk dalam daftar proyek strategis nasional (PSN), pihaknya sampai sekarang belum menerima daftar PSN yang baru. Proses pembebasan lahan pun jalan terus.
Sementara itu, Direktur PT Trans Jabar Toll M Sadali mengatakan, pihaknya mendapat tugas dari pemerintah untuk melanjutkan proyek Tol Bocimi. Tidak hanya berhenti di Sukabumi, tetapi juga sampai ke Ciranjang. ”Saat ini sedang diproses ruas Bocimi sampai ke Ciranjang,” kata Sadali.
Menurut Direktur Utama PT Waskita Toll Road Herwidiakto, jalur tol lain menuju Bandung sudah diperlukan karena ruas tol yang ada saat ini sudah padat. Namun, pembangunannya perlu investasi lebih banyak, terutama karena kondisi tanah yang berbukit sehingga perlu banyak konstruksi jembatan. Dengan adanya penambahan Ciranjang, biaya investasi diperkirakan bertambah dari sekitar Rp 8 triliun menjadi Rp 15 triliun.
Penggantian talangan
Secara terpisah, Direktur Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) Rahayu Puspasari mengatakan, selain mengganti talangan yang telah disalurkan badan usaha jalan tol, LMAN juga membayar biaya dana atas talangan. Sampai saat ini biaya dana yang telah dibayarkan mencapai Rp 43,14 miliar.
Biaya dana tersebut dibayarkan dengan memperhitungkan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan periode waktu antara talangan disalurkan dan waktu penggantian talangan oleh LMAN. Biaya dana Rp 43,14 miliar tersebut disalurkan untuk ruas Cengkareng-Batu Ceper-Kunciran, Kunciran-Serpong, Gempol-Pasuruan, NgawiKertosono, Surabaya-Mojokerto, Bakauheni-Terbanggi Besar IV, dan Pekanbaru-Kandis-Dumai.
”Sisa biaya dana yang belum dibayarkan dipicu perbedaan nilai hasil rekonsiliasi BUJT-BPJT dan verifikasi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,” kata Puspasari.