JAKARTA, KOMPAS — Indonesia bertekad menyabet posisi satu dalam Indeks Wisata Halal Dunia atau Global Muslim Travel Index, mengalahkan Malaysia yang selama ini selalu menduduki posisi nomor satu.
”Tahun ini kita sudah menempati posisi nomor 2 bersama Uni Emirat Arab. Tahun depan kita harus menduduki peringkat satu,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya saat meluncurkan program Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) di kantor Kemenpar, Jakarta, Selasa (5/6/2018).
Peluncuran Program IMTI, kerja sama dengan Crescentrating-Mastercard, itu untuk menentukan peringkat destinasi wisata di Indonesia yang paling ramah terhadap wisatawan Muslim dengan berbagai kriteria yang sudah ditetapkan.
Menurut Arief, peringkat global ini sangat dibutuhkan karena akan mengalibarasi standar yang dipakai. Selain itu, penghargaan juga akan meningkatkan rasa percaya diri dan kredibilitas. ”Saya selalu mendorong agar kita berhasil mendapatkan peringkat pertama,” ujarnya.
Untuk mengalahkan Malaysia, tambah Arief, sebenarnya mudah karena nilai keunikan Indonesia jauh di atas Malaysia. Meski demikian, Malaysia menang dari sisi komunikasi karena mereka sangat fasih berbahasa Inggris.
Saat ini Indonesia mengalahkan Turki (nomor 3), Arab Saudi (4), dan Qatar (5).
Selain menggelar IMTI, Kemenpar bersama dengan PT Ayo Jalanjalan menggelar Anugerah Pesona Indonesia untuk menentukan daerah yang berhasil mengembangkan pariwisatanya. Anugerah Pesona Indonesia tahun ini merupakan yang ketiga kali. Pada penyelenggaraan pertama, yang menang adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan pemenang pada 2017 adalah Provinsi Riau.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau Fahmizal mengatakan, pariwisatanya juga berkembang pesat setelah berhasil mendapatkan Anugerah Pesona Indonesia. ”Jumlah wisatawan Nusantara dan wisatawan mancanegara meningkat hingga 20 persen. Bahkan, kegiatan festival pariwisata yang akan digelar tahun ini sudah banyak dipesan biro perjalanan dari Malaysia,” kata Fahmizal.
Dia mengatakan, turis asing yang paling banyak datang berkunjung adalah turis dari Malaysia. Selain mereka ingin melihat budaya Melayu yang ada di Riau, turis Malaysia juga sangat menggemari kuliner Riau. ”Tahun lalu, dari 52.000 turis yang datang, 22.000 orang adalah turis asing,” katanya.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman mengatakan, penghargaan bergengsi yang diperoleh suatu daerah akan menjadi promosi berharga untuk mendatangkan turis. Jika turis sudah berdatangan, investasi pun akan masuk.
Dadang menambahkan, investasi pariwisata yang masuk ke Indonesia selama tahun 2017 mencapai 1,7 miliar dollar AS. Jumlah ini meningkat 31 persen dari tahun sebelumnya. Promosi dan pengembangan pariwisata yang terus-menerus dilakukan pasti akan meningkatkan investasi pariwisata. ”Pertumbuhan rata-rata investasi pariwisata sebesar 20 persen, dan tahun lalu mencapai 31 persen,” kata Dadang.