Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Industri Manufaktur
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pergerakan industri manufaktur nasional semakin ekspansif karena didorong permintaan domestik. Indeks Manajer Pembelian Indonesia pada Mei 2018 meningkat menjadi 51,7 dari bulan sebelumnya sebesar 51,6. Di sisi lain, produksi manufaktur dalam negeri terus menunjukkan kenaikan selama empat bulan terakhir.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) tersebut dirilis oleh Nikkei dan Markit setelah menyurvei sejumlah manajer pembelian di beberapa perusahaan pengolahan Indonesia. PMI di atas 50 menandakan manufaktur tengah ekspansif.
”Kenaikan PMI ini sangat positif, membuktikan bahwa industri manufaktur kita sedang bergeliat. Untuk itu, kami terus mendorong agar lebih produktif dan berdaya saing,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, melalui siaran pers, Rabu (6/6/2018).
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal I-2018, produksi industri manufaktur nasional skala besar dan sedang di dalam negeri tumbuh 5,01 persen dari kuartal I-2017.
Selain itu, industri pengolahan nonmigas tumbuh 5,03 persen pada kuartal I-2018, meningkat dibanding periode yang sama tahun 2017 yang mencapai 4,80 persen. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98 persen.
Berturut-turut, pertumbuhan juga dialami industri makanan dan minuman yang bertumbuh hingga 12,70 persen, industri logam dasar 9,94 persen, industri tekstil dan pakaian jadi 7,53 persen, serta industri alat angkutan 6,33 persen.
Airlangga mengatakan, program hilirisasi industri konsisten memberikan efek berantai terhadap perekonomian nasional. Dampak positif itu antara lain peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, serta penerimaan devisa dari ekspor.
”Kami juga aktif mendorong peningkatan nilai investasi dan ekspor terutama di sektor manufaktur,” ujarnya.
Kementerian Perindustrian mencatat, total investasi industri manufaktur pada kuartal I-2018 mencapai Rp 62,7 triliun. Sektor pengolahan ini mampu memberikan kontribusi yang besar bagi seluruh nilai investasi di Indonesia.
”Rata-rata kontribusi investasi di sektor industri selama periode 2011-2017 mencapai 45,8 persen,” kata Airlangga.
Laporan Bank Dunia menyebutkan, harga komoditas global yang tinggi telah mendorong investasi, terutama pada mesin, peralatan dan kendaraan, yang menghasilkan pertumbuhan modal tercepat dalam periode lebih dari lima tahun.
Ekspor
Sementara itu, pada kuartal I-2018, industri manufaktur mencatatkan nilai ekspor sebesar 32 miliar dollar AS atau naik 4,5 persen dibanding capaian pada periode yang sama tahun lalu di angka 30,6 miliar dollar AS.
Industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak berdasarkan sektor usaha utama pada periode Januari-April 2018. Sumbangan sektor manufaktur ini mencapai Rp 103,07 triliun dengan mencatatkan pertumbuhan dua digit sebesar 11,3 persen.
Peneliti senior dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia, TM Zakir Machmud, menyampaikan, tren kenaikan indeks manufaktur sejak Januari 2018 karena ditopang peningkatan permintaan domestik kendati di tengah ekspor yang melemah akibat kondisi global yang kurang menentu.
Zakir menyebutkan, pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait perlu menjaga momentum ini dengan menciptakan kebijakan iklim bisnis yang kondusif.
”Saat ini, peluang yang harus dimanfaatkan adalah mendorong ekspor manufaktur yang cukup besar,” ucapnya.
Langkah strategisnya antara lain membuka pasar negara tujuan ekspor yang nontradisional, seperti Timur Tengah, Amerika Latin, dan Eropa Timur. Selain itu, perlu percepatan penyelesaian kerja sama yang komprehensif dengan negara-negara potensial serta penetrasi ke pasar ASEAN terus didorong dan diperbesar.
Upaya yang penting dalam menjaga keberlanjutan industri nasional, lanjut Zakir, antara lain dengan mengupayakan penurunan harga gas dan listrik di sektor energi. Kemudian, faktor tenaga kerja dengan kenaikan upah yang terukur serta terjaminnya ketersediaan bahan baku industri yang esensial, seperti gula dan garam.