JAKARTA, KOMPAS - Bulan ramadhan berdampak pada perubahan perilaku konsumen dalam menggunakan media dan konsumsi barang. Situasi ini dimanfaatkan oleh pelaku industri untuk menambah anggaran pemasangan konten iklan.
Sesuai laporan Unboxing Ramadhan 2018, Executive Director Media Business Nielsen Indonesia Hellen Katherina, Rabu (6/6/2018), di Jakarta, mengatakan ada kenaikan tujuh persen belanja iklan di sesi commercial break di televisi pada ramadhan 2018 dibanding bulan puasa tahun lalu.
Secara khusus ramadhan 2018, dia menyebut lima pelaku industri yang memiliki belanja iklan besar di sesi commercial break di televisi. Belanja iklan pengusaha perdagangan secara elektronik atau e-dagang mencapai Rp 223 miliar, minuman kopi dan teh Rp 119 miliar, jus dan sirup Rp 101 miliar, minuman kemasan Rp 70 miliar, dan material bangunan Rp 66 miliar.
Laporan Unboxing Ramadhan 2018 juga mengulas belanja iklan di radio selama ramadhan. Belanja iklan terbesar berasal dari pengusaha e-dagang yaitu Rp 18,8 miliar, lalu diikuti bahan bakar kendaran Rp 17,8 miliar, dan vitamin Rp 17,4 miliar. Kenaikan anggaran belanja ketiga pengusaha tersebut berkisar antara 46 sampai 240 persen dibanding hari biasa. Jika dibanding hari biasa, peningkatan belanja iklan lima pelaku industri itu mencapai 54 - 115 persen.
Sumber laporan Unboxing Ramadhan 2018 yaitu riset Nielsen Ad Intel, Nielsen Consumer and Media View, Nielsen TV Audience Measurement, dan Nielsen Radio Audience Measurement. Keempat riset ini berlangsung rutin sepanjang tahun.
Nielsen Ad Intel memonitor belanja iklan di 15 stasiun televisi nasional, 99 koran, dan 120 majalah/tabloid. Angka belanja iklan dihitung tanpa memasukkan diskon, bonus, promo, dan harga paket.
Nielsen Consumer and Media View menyasar 17.000 orang usia 10 tahun ke atas di 11 kota besar di Indonesia. Metodologi penelitian adalah wawancara tatap muka.
Nielsen TV Audience Measurement dilakukan ke 2.418 rumah tangga di 11 kota besar. Pengukuran menggunakan perangkat khusus disebut peoplemeter technology. Sementara Nielsen Radio Audience Measurement mewawancarai 8.400 orang pendengar radio berusia 11 tahun ke atas di 11 kota besar.
Mengenai perubahan perilaku menggunakan media, laporan itu menyebutkan jumlah penonton televisi di 11 kota besar di Indonesia meningkat dari rata-rata 5,9 juta per hari menjadi tujuh juta per hari. Dominasi peningkatan jumlah penonton terjadi pada saat sahur.
"Televisi masih menjadi salah satu media populer. Saat ramadhan, orang lebih menyukai menghabiskan waktu sebelum berbuka ataupun sesudah sahur menonton televisi. Durasi waktu menonton dari rata-rata 4 jam 53 menit per hari pada hari biasa menjadi 5 jam 19 menit per hari saat bulan puasa," ujar Hellen.
Kategori tayangan televisi yang paling banyak disukai yaitu program religi dan sinetron bertema keagamaan.
Selama ramadhan, jumlah responden yang mengaku mendengarkan radio meningkat 13 persen, mengakses internet naik sembilan persen, dan menonton film di bioskop sebesar 17 persen. Menurut Hellen, kebiasaan tersebut dilakukan sambil menunggu waktu berbuka puasa.
Dari segi perubahan konsumsi, kata dia, terlihat saat mengakses internet. Konsumen menghabiskan waktu 3 jam 17 menit selama ramadhan dan peningkatan penggunaan paling tinggi ditemukan pukul 19.00 - 21.59.
"Mereka tidak hanya mengonsumsi konten video atau membaca berita, tetapi juga berbelanja daring. Fenomena perilaku seperti ini saya kira terjadi sejak dua hingga tiga tahun terakhir," imbuh Hellen.