JAKARTA, KOMPAS--PT Bank BNI Syariah mengejar modal minimum Rp 5 triliun pada 2019 sebagai syarat untuk mengembangkan bisnis. Penawaran saham perdana di bursa efek salah satu opsi yang dipertimbangkan.
Saat ini, modal anak usaha PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk itu mencapai Rp 4,3 triliun. Artinya, dalam setahun, perusahaan harus mengejar tambahan modal Rp 700 miliar.
"Kami tengah mengkaji berbagai opsi bisnis. Penawaran saham perdana adalah salah satu opsi penting yang dipertimbangkan. Namun, kami perlu mengkajinya secara detail untuk dibicarakan dengan pemegang saham," kata Direktur Bisnis BNI Syariah Dhias Widhiyati di Jakarta, Jumat (8/6/2018).
Jika penawaran saham perdana (IPO) dipilih, maka aksi bisnis itu selambat-lambatnya dilakukan pada awal 2019. Pembicaraan dengan pemegang saham dilakukan pada akhir 2018. Pemegang saham pengendali BNI Syariah adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Karena penawaran saham perdana hanya salah satu kemungkinan yang dipertimbangkan, lanjut Dhias, pihaknya menyiapkan opsi lain, seperti akuisisi lembaga keuangan syariah lain dan pencarian investor.
Dhias menegaskan, modal minimum Rp 5 triliun untuk menjadi bank BUKU 3 penting dicapai untuk pengembangan bisnis perusahaan. Selain terkait produk keuangan, modal itu jadi dasar untuk memperluas pasar regional, antara lain di Singapura dan Hong Kong. Selain itu, terbuka peluang untuk menjangkau pasar lokal yang lebih luas.
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo meyakini perusahaan bisa mencapai modal Rp 5 triliun dengan kinerja dan strategi bisnis yang sedang dikaji.
Perbankan syariah di Indonesia terus bertumbuh. Menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan pada Januari-Agustus 2017, aset perbankan syariah tumbuh 6,57 persen dengan total nasabah 23 juta orang (Kompas, 6/10/2017).