Kemunculan generasi milenial sudah banyak dibahas berbagai kalangan. Namun, salah satu yang masih jarang dibahas dan menjadi masalah bagi korporasi adalah cara peralihan fokus mereka dari konsumen generasi pasca perang (baby boomers) ke generasi milenial yang jumlahnya terus membesar dan menentukan. Banyak perusahaan mapan gamang menghadapi masalah ini.
Puluhan tahun para pebisnis telah menemukan konsumen loyal mereka, yakni generasi baby boomers dan berbisnis dengan mereka. Namun, dalam beberapa tahun belakangan mereka menghadapi kenyataan bahwa konsumen itu telah mulai menghilang.
Di tengah keadaan ini, tidak sedikit korporasi yang masih terjebak dan bangga pada keberadaan mereka. Padahal, sebenarnya porsi mereka mulai mengecil. Pada saat yang sama generasi milenial telah memasuki dan berpengaruh di pasar serta memiliki karakter berbeda.
Pada titik ini, keputusan korporasi sangat menentukan, yakni bangun dari tidur dan berubah atau tetap silau dengan keberhasilan masa lalu. Ada perusahaan yang masih tertidur, namun ada yang mulai terbangun. Beberapa perusahaan mulai terbangun, meskipun tidak sedikit yang gamang hendak melangkah melihat perubahan itu.
Financial Times sudah memperingatkan, generasi milenial akan mengambil alih porsi terbesar pasar pada tahun depan dan menyebutnya sebagai momen milenial. Mereka tengah berada pada kisaran umur yang sangat menentukan dalam aktivitas ekonomi.
Fenomena di berbagai tempat memperlihatkan pergeseran yang sangat jelas. Di Amerika Serikat, misalnya, jejeran merek saus tomat di pasar swalayan yang bertahan puluhan tahun mulai tergeser saus tomat organik yang dicampur dengan sentuhan personal. Di Indonesia, warung-warung kopi dengan sentuhan personal bermunculan, menjadi penantang kafe-kafe mapan. Kalangan industri pangan melihat beberapa jenis makanan yang selama ini kurang dikenal, namun kemudian digemari generasi baru itu.
Perubahan
Salah satu yang menyebabkan kegamangan korporasi adalah ada perubahan besar, mulai dari pilihan konsumen sampai cara berbisnis yang berbeda. Akan tetapi, mereka masih melihat ke belakang, pada masa mereka masih merasa memiliki konsumen loyal yang besar. Krisis ini banyak dialami berbagai korporasi. Laporan majalah Forbes menyebutkan, tidak sedikit perusahaan kecil dan menengah di Amerika Serikat akan dijual. Sebab, mereka tidak lagi menemukan pasarnya. Alasan lain, umur pemiliknya sudah tua dan tidak ada generasi penerus.
Beberapa perusahaan mengambil langkah untuk fokus pada generasi milenial, namun tetap menjaga konsumen lama. Mereka sudah menggerakkan biaya riset, pengembangan produk, pemasaran, dan lain-lain ke pasar milenial secara besar-besaran. Namun, tetap memproduksi produk-produk lama mereka. Produsen pangan raksasa Nestle telah melakukan perubahan secara besar-besaran dengan mengadopsi cita rasa milenial seperti bersifat organik, asli, dan alami. Meskipun, produk lama mereka tetap hadir di pasar.
Seorang pakar pemasaran mengatakan, korporasi lama masih termabukkan mantra mereka yang dipegang bertahun-tahun, yakni satu merek cocok untuk pasar global. Semua hal itu hebat pada periode 1980-2000. Akan tetapi, kini telah berubah.
Generasi baru lebih memilih merek kecil dan bersifat lokal. Ada juga salah satu guyonan di antara generasi milenial, yaitu : merek-merek besar itu tidak berbicara apa-apa dengan kami.