Dapur Lebih “Ngebul” Jelang Lebaran
Ruang tamu sebuah rumah di kawasan Condet itu penuh dengan kardus-kardus berisi kue kering siap kirim. Masih ada lagi kotak-kotak pembungkus yang bernuansa hijau, nuansa Lebaran juga siap untuk dikirim.
“Maaf ya, ruang tamuku penuh kue,” ujar Eka Arai, ketika ditemui di rumahnya pekan lalu sembari tersenyum.
Perempuan berkaca mata itu sesaat membereskan kardus-kardus yang memenuhi ruang tamunya. Maklumlah, menjelang Lebaran ini dia kebanjiran pesanan kue kering, mencapai 500 stoples berisi berbagai macam kue kering.
Sejak tahun 2005, Eka mulai belajar membuat kue dan masakan lainnya. Barulah satu tahun kemudian dia mulai percaya diri menerima pesanan kue dan makanan lain dari keluarga dekat dan kawan-kawannya.
Semakin lama, bisnis kuenya semakin berkembang. Bisnis penganan juga bukan kegiatan baru di keluarganya. Suami Eka, Andy Priyantoko terlebih dahulu merintis usaha makanan beku seperti kebab, risoles dan bolognese yang diberi merek Dlumerrr Food.
Beberapa tahun lalu, Andy memutuskan untuk mulai serius berbisnis makanan dan meninggalkan kerja kantorannya. Tahun lalu, Eka mengambil langkah serupa. Eka meninggalkan pekerjaannya dan bersama Andy, bahu membahu menjalani bisnis kuliner keluarga mereka.
Eka meninggalkan pekerjaannya dan bersama Andy, bahu membahu menjalani bisnis kuliner keluarga mereka.
Selain membuat kue, Eka juga aktif mengajar cara membuat kue dan panganan lain di berbagai komunitas dan toko-toko kue.
“Sebenarnya saya mendapat pesanan lebih dari 500 stoples, tapi saya batasi hanya melayani 500 pesanan saja,” jelas Eka. Tahun lalu, Eka menerima pesanan 600 stoples. Sebagian besar pemesan kue keringnya adalah perusahaan besar.
Menjelang Lebaran, perusahaan-perusahaan biasanya mengirimkan kue-kue atau bingkisan Lebaran untuk mitra bisnisnya dan memesan kue-kue tersebut dari berbagai pemasok rumahan seperti Eka.
Ketika banjir order seperti sekarang ini, Eka dibantu tiga asisten. Pada hari biasa, hanya ada satu asisten yang membantu. Pengerjaan order Lebaran tersebut sudah dilakukan dua pekan sebelum Ramadhan. Dimulai dari pembuatan selai untuk isian nastar. Selain itu, Eka juga sudah mempersiapkan bahan-bahan.
Bertahun-tahun membuat kue, Eka sudah memiliki pemasok langganan, juga tukang ojek langganan yang dipercaya untuk mengambil barang belanjaannya. “Kue yang berkualitas, ditentukan mulai dari pemilihan bahan, juga cara pengolahannya,” jelas Eka.
Dia memilih bahan berkualitas dan pengolahan yang higienis. “Sedapat mungkin kontak langsung dengan tangan terbatas sekali. Peralatan pun harus bersih,” kata Eka, lagi.
Selain menjaga mutu, menjalin relasi merupakan salah satu kiat Eka dalam menjalankan bisnis kulinernya. Pesanan yang tadinya dari promosi mulut ke mulut akhirnya meluas. Jaringannya semakin banyak di berbagai perusahaan. “Saya sih tidak ngoyo, tetapi pesanan terus saja mengalir,” kata Eka sembari bersyukur.
Eka juga sudah memiliki langganan toko. Jauh sebelum bulan Ramadhan tiba, mereka telah mengirimkan foto kemasan kepada Eka. Eka pun menawarkan kepada para pemesannya, paket hantaran seperti apa yang diinginkan.
Seperti Eka, Yuliana seorang ibu rumah tangga, juga menerima pesanan kue kering di kala Lebaran.
Sebenarnya, Yuliana lebih ahli dalam membuat cupcake. Teman-temannya bahkan menjulukinya Yuli si ratu cupcake.
Tangannya sangat terampil membuat berbagai cupcake menarik berhiaskan fondan atau pun krim mentega. Selain untuk hantaran ulang tahun, cupcake-nya sering diorder para pengantin yang tidak ingin kue pengantinnya hanya berupa susunan kue tar saja, tetapi susunan cupcake lucu dan enak yang lebih kekinian.
“Kalau masa Lebaran ini, orderan cupcake sepi, lebih banyak kue kering dan onbijtkoek,” jelas Yuliana. Kue kering yang dibuat Yuliana untuk Lebaran tahun ini misalnya adalah kue nastar, black nastar dan palm cheese. Beberapa pesanan juga datang dari perusahaan.
Ruang tengah rumahnya di kawasan Bintaro dipenuhi oleh berkarung-karung tepung bahan pembuat kue. Dapurnya dilengkapi dengan oven gas besar untuk memanggang kue-kue pesanan.
Menjual kembali
Kalau Eka dan Yuliana membuat dan menjual sendiri kue keringnya, Sesilia Trinafilia lebih memilih memasarkan kue kering buatan temannya ketimbang membuat sendiri. Lima tahun belakangan ini, Sesilia rajin menawarkan kue kering kepada teman-temannya.
Sebenarnya, Sesilia juga seorang pembuat kue, tetapi sejak memiliki anak berusia satu tahun yang harus mendapatkan perhatian lebih banyak, dia memilih menjual kue karya temannya.
Sesilia mengakui, pesanan kue kering ketika Lebaran lebih sedikit dibandingkan dengan pesanan ketika Natal atau Imlek tiba. Kue kering yang dipasarkannya lebih banyak merupakan kukis hias yang disesuaikan dengan masa penjualannya.
Ketika Lebaran, Sesilia menjual kukis hias bergambar ketupat, unta dan bedug. Ketika Natal tiba, dia menjual kukis hias berbentuk pohon natal atau sinterklas.
Eka, Yuliana dan Sesilia merupakan sebagian dari ibu-ibu rumah tangga yang kreatif dan tekun, yang mampu membuat dapurnya lebih “ngebul” pada saat Lebaran tiba.