M PASCHALIA JUDITH J/I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
Dari anak muda untuk anak muda. Begitu kira-kira gambaran gelora bisnis pakaian masa kini.
Generasi milenial tak melulu menjadi pembeli busana. Mereka juga ada di sisi produsen, berkreasi dengan selera dan gaya anak muda, lalu melemparnya ke pasar.
Chairunnisa Hadi (19), pemilik merek Chd Boutique, adalah salah seorang anak muda belia yang merancang dan memproduksi karya pakaian. Dua tahun terakhir, Chairunnisa hadir di Jakcloth. Tahun ini, ajang yang melibatkan wirausaha muda ini menghadirkan 400 merek lokal.
Sejak hari pertama Jakcloth, Senin (4/6/2018), hingga Minggu (10/6) sore, sudah lebih dari 1.000 potong pakaian karya Chairunnisa yang laku. Sekitar 70 persen produknya berupa sweater dan kardigan, dengan harga Rp 65.000-Rp 200.000 per potong.
Modal Chairunnisa berupa kain dagangan ayahnya yang tidak laku. ”Saya rutin melihat-lihat di internet untuk mencari inspirasi desain pakaian,” ujar perempuan yang baru tamat sekolah menengah atas dan berencana melanjutkan studi tentang busana itu.
Merek lokal lain yang menguji daya tariknya adalah Throne. Sekitar 2.500 kaus dan jaket dari produk pakaian asal Bandung, Jawa Barat, sudah laku sepanjang sepekan acara Jakcloth.
Staf Throne, Merlin (26), menyampaikan, dalam kegiatan kali ini, Throne menyediakan sekitar 3.000 potong pakaian. Dari 3.000 potong pakaian itu, sekitar 35 persen berupa kaus dan 65 persen adalah jaket bertudung. Pakaian itu dibanderol dengan harga Rp 100.000-Rp 150.000 per potong.
Terjangkau
Masih di acara yang sama, sekelompok anak muda mengerubungi pakaian berbahan kain tenun bermerek Awan Ethnic Craft. Salah satu pendiri Awan Ethnic Craft, Muhammad Ikhwan (30), mengatakan, kain-kain itu disuplai langsung oleh penenun lokal.
Ikhwan dan timnya mengambil kain tenun dari Sumba dan Kupang (NusaTenggara Timur), Toraja (Sulawesi Selatan), Jepara (Jawa Tengah), Baduy (Banten), serta Lombok (Nusa Tenggara Barat). Kain-kain tenun itu dijahit di Jakarta menjadi atasan, celana, semacam blazer, dan tas.
Target penjualan Ikhwan pada Jakcloth Lebaran 2018 ini Rp 400 juta. Harga hasil kreasi Awan Ethnic Craft berkisar Rp 175.000 per potong.
”Kami ingin mendekatkan tenun pada anak muda dengan harga terjangkau,” ujarnya.
Berbagai kreasi anak muda itu diburu konsumen, yang sebagian juga berusia muda.
Meylita Dela (21), karyawan swasta yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah dua jam berkeliling di area Jakcloth Lebaran 2018 di Istora Senayan, Minggu (10/6/2018). Kendati sudah menenteng dua kantong plastik berisi pakaian hasilnya berburu di ajang berjualan pakaian merek lokal, Dela belum ingin berhenti berbelanja. Ia menyiapkan dana khusus Rp 1 juta.
Sementara itu, Farhan Fadilah (21), asal Bogor, Jawa Barat, memilih berbelanja di Jakcloth karena tergiur potongan harga. Biasanya, Farhan membeli pakaian melalui laman e-dagang.
Penanggung Jawab Marketing Jakcloth 2018 Novie Bustomi mengatakan, tahun ini target pengunjung sebanyak 270.000 orang pada rentang usia 15-35 tahun.
”Kami minta pemilik merek lebih kreatif dalam desain, model, dan kombinasi warna,” ujarnya.
Gairah anak muda dalam berkreasi terbukti memiliki daya tarik tersendiri bagi pasar.