Geliat Bisnis Pergudangan
Tren menguatnya bisnis e-dagang telah mendorong meluasnya pergudangan sebagai penopang arus distribusi barang. Gudang-gudang kecil merebak dan mengisi relung wilayah perkotaan dan permukiman padat penduduk.
Jorjoran bisnis pergudangan hadir menopang logistik e-dagang. Model e-dagang yang saat ini tumbuh pesat di Indonesia, yakni individu yang menjual produk atau jasa ke individu lain (consumer to consumer/C to C) serta perusahaan melakukan penjualan barang dan jasa ke konsumen (business to consumer/B to C).
Untuk tipe e-dagang B to C, perusahaan mengonsolidasikan barang di gudang besar (main warehouse) untuk selanjutnya didistribusikan kepada konsumen sesuai pesanan. Ada pula model B to C, yakni penyedia layanan e-dagang berperan sebagai kurir. Perusahaan memiliki gudang utama untuk menyuplai barang ke gudang-gudang kecil, untuk selanjutnya dikirim ke konsumen dengan kendaraan bermotor.
”Layanan e-dagang menumbuhkan gudang-gudang kecil di perkotaan atau di kawasan padat penduduk,” kata Rivan Munansa, Director Industrial Services Colliers International Indonesia.
Menurut Rivan, gudang sudah menjadi kebutuhan vital sejumlah perusahaan e-dagang. Barang yang disimpan mencapai ratusan ribu jenis atau stock keeping unit. Inilah era ketika kebutuhan pergudangan bukan lagi menjadi dominasi perusahaan otomotif.
Sebagian investor kini menjajaki lahan dan lokasi untuk pembangunan pergudangan. Tren bergeser, lokasi pergudangan merambah tidak hanya di kawasan industri, tetapi juga ke kawasan padat permukiman. Gudang yang digarap tidak hanya gudang skala besar dengan luas di atas 2.000 meter persegi, tetapi juga ukuran kecil 500-2.000 meter persegi.
Gudang-gudang kecil kini semakin masif dibangun di wilayah selatan dan timur Jakarta serta kawasan pinggiran Jakarta yang padat penduduk, seperti Bekasi dan Depok. Ia pun memprediksi bisnis pergudangan bakal melebar ke wilayah barat Jakarta dan sekitarnya, seperti Karawaci, Serpong, Cikupa, dan BSD yang populasinya tinggi.
”Pertumbuhan bisnis pergudangan semakin mendekati kawasan dengan populasi penduduk tinggi atau mendekati akses tol. Konektivitas penting agar barang bisa diantar kepada konsumen dengan cepat,” tuturnya.
Kedekatan akses
Awal Juni 2018, perusahaan e-dagang JD.ID mulai mengoperasikan gudang FDC (fulfillment distribution center) di Semarang setelah mengoperasikan gudang FDC di Medan, Pontianak, Surabaya, dan Makassar. Pembangunan gudang FDC untuk menunjang gudang RDC (regional distribution center) atau biasa disebut ”gudang hub”.
Head of Corporate Communications and Public Affairs JD.ID Teddy Arifianto menuturkan, saat ini JD.ID mempunyai empat gudang hub di DKI Jakarta dengan kapasitas produksi 50.000 pesanan per hari. Gudang hub berperan untuk melakukan pengantaran pesanan langsung kepada pelanggan. Selain itu, juga memasok produk ke gudang FDC pelanggan jika stok tidak tersedia di FDC serta perlu rotasi untuk penggantian stok di FDC.
Kompas berkesempatan singgah di RDC JD.ID di Marunda Center, Kabupaten Bekasi. Peruntukan ruangan RDC dikelompokkan berdasarkan kategori barang. Sebagai contoh, bagian A memiliki luas 11.300 meter persegi (m2) dan menyimpan barang berukuran kecil, seperti sepatu, pakaian, dan mainan.
”Lokasi gudang dipilih berdasarkan pertimbangan kedekatan dengan Jakarta sehingga mampu mengontrol kecepatan pengiriman barang dari-ke dalam Jakarta atau ke gudang FDC,” ujar Teddy.
Meski kebutuhan gudang tumbuh pesat, gudang RDC atau FDC JD.ID saat ini masih berstatus sewa. Perusahaan yang baru beroperasi dua tahun di Indonesia ini berencana membangun gudang sendiri pada 2020. Pembangunan gudang itu dinilai strategis.
”Proses penambahan warehouse seiring dengan tren peningkatan jumlah pesanan dan ketersediaan ruang di dalam gudang itu sendiri,” lanjut Teddy.
Lebih jauh, dia mengatakan, pekerja merupakan salah satu aset terbesar. Oleh karena itu, pekerja di gudang pun selalu mendapat pelatihan teknis, terdiri dari pengemasan, pengecekan, dan pengambilan barang. Semua kategori barang telah disimpan dalam sebuah teknologi sistem penyimpanan yang canggih.
Pekerja yang berperan mengambil barang (picker) telah dibekali perangkat khusus untuk pengambilan produk pesanan. Setiap kali produk diambil dari gudang akan langsung tersambung ke sistem pusat untuk memudahkan keluar masuk barang.
Sebelum barang pesanan dikemas, petugas juga akan mengecek ulang kebenaran dengan data pesanan. Tujuannya agar akurat. ”Pengiriman di lokasi sekitar Jakarta terus diupayakan agar bisa same day delivery,” kata Teddy.
Sementara itu, perusahaan e-dagang Zalora Indonesia saat ini memiliki satu gudang pusat di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Untuk pendistribusian, Zalora Indonesia telah bermitra dengan 10 perusahaan jasa kurir dan logistik di daerah Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Denpasar, dan Medan. Selain itu, Zalora juga telah membuka gudang di Malaysia yang diperuntukkan mengirim produk kepada pelanggan Indonesia.
CEO Zalora Indonesia Anthony Fung menuturkan, gudang Zalora di Indonesia dapat menyimpan hingga 2 juta unit barang. Di dalamnya juga terdapat ruang khusus yang dipakai untuk menyimpan barang bernilai tinggi dari high-end brand, seperti Adidas, Vans, dan Onitsuka Tiger.
”Seluruh barang dari berbagai merek, baik internasional maupun lokal, disimpan di gudang kami. Tak terkecuali produk-produk dari para desainer Indonesia,” ucapnya.
Anthony menanggapi positif keinginan sebagian besar brand menyimpan stok barang mereka di gudang Zalora Indonesia. Hal ini memungkinkan mereka menjadi bagian dari infrastruktur Zalora dan juga memudahkan pendistribusian barang mereka.
Serius garap pergudangan
Untuk menunjukkan keseriusan menggarap pergudangan, Zalora Indonesia telah menerapkan teknologi pergudangan yang terintegrasi langsung dengan sistem di mitra perusahaan jasa kurir dan logistik. Dengan demikian, tim Zalora Indonesia dapat melacak semua paket barang yang dikirim.
”Pelanggan bisa mengetahui status pesanan dan barang apa saja yang termasuk dalam paket pesanan tersebut. Aplikasi Zalora juga selalu cepat memperbarui stok secara langsung (real-time) dari gudang kami,” lanjut Anthony.
Pertumbuhan e-dagang juga berimbas pada permintaan gudang skala besar. Head of Marketing PT Mega Manunggal Property Tbk (MMP) Irwanto Tumpal Maruhum mengemukakan, pasokan pergudangan sewa skala besar oleh perusahaan itu terus meningkat, dari total luas gudang 160.000 m2 pada 2015 menjadi 230.000 m2 pada 2017, dan tahun ini diprediksi mencapai 300.000 m2.
Tahun 2020, perusahaan itu bahkan menargetkan suplai gudang sewa mencapai 400.000 m2 di Jakarta dan sekitarnya, dengan lokasi pembangunan di kawasan industrial. Keseriusan menggarap pergudangan ialah dengan memperluas pembangunan gudang ke luar Jawa, seperti Makassar, Nusa Tenggara Timur, Surabaya, Bali, dan Medan.
Kami tetap fokus di pembangunan gudang modern dan berukuran besar,” katanya.
Dari perluasan usaha pergudangan, tahun 2017 MMP membukukan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) konsolidasi senilai Rp 146 miliar, sedangkan tahun ini ditargetkan Rp 250 miliar-Rp 260 miliar.
Menurut Irwanto, potensi pasar Indonesia untuk pergudangan masih terbuka lebar. Tahun 2018, MMP berencana melakukan ekspansi dengan membangun 3-4 gudang baru yang diharapkan selesai pada 2019-2020.
”Potensi pasar Indonesia untuk e-dagang masih sangat besar. Sejalan dengan itu, kami membangun gudang sesuai kebutuhan,” ujar Irwanto.