JAKARTA, KOMPAS--Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada pembukaan perdagangan pasca-Lebaran sulit diprediksi. Sejumlah sentimen dan kebijakan moneter diharapkan mampu melindungi IHSG, selama tujuh hari penutupan sesi perdagangan, dari tekanan sentimen global.
Cuti bersama yang ditetapkan pemerintah membuat perdagangan saham ikut libur pada 11-19 Juni 2018. Perdagangan saham kembali dilakukan pada 20 Juni, satu hari lebih cepat dari jadwal libur cuti bersama untuk mendorong pergerakan IHSG.
Pada penutupan perdagangan, Jumat (8/6/2018), atau hari perdagangan terakhir menjelang cuti bersama, IHSG merosot 1,83 persen ke level 5.933,63. Sehari sebelumnya, Kamis, IHSG ditutup di level 6.106,70.
Analis Bina Artha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, investor asing berlomba-lomba melepas saham untuk mendapat profit sebelum libur perdagangan. Investor asing membukukan penjualan bersih saham Rp 2,45 triliun pada Jumat lalu. Dengan demikian, sejak awal tahun, investor asing membukukan penjualan bersih Rp 43,44 triliun.
“Pelaku pasar merespons ketidakpastian pada pertemuan G7 di Ottawa akibat masing-masing negara masih saling menerapkan kenaikan tarif impor yang berujung pada sentimen perang dagang,” kata Nafan di Jakarta, Senin (11/6/2018).
Sementara rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, yang dilakukan pada 12-13 Juni dianggap tidak terlalu memengaruhi penurunan IHSG. Sebab, Bank Indonesia (BI) telah membuat kebijakan preemtif berupa kenaikan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate menjadi 4,75 persen.
Secara terpisah, Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi, menilai, ada potensi pelemahan IHSG yang bersumber dari sentimen global, antara lain rencana pertemuan AS dan Korea Utara dan krisis politik di Italia.
Sementara, data domestik yang berpotensi mendorong penguatan IHSG di antaranya inflasi Mei 2018 yang sebesar 0,21 persen.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso mengatakan, transaksi pasar modal beroperasi secara normal sehari lebih cepat dari jadwal cuti bersama. Hal ini juga berlaku bagi industri perbankan.