Konsumen Percaya, Belanja Meningkat
JAKARTA, KOMPAS--Situasi yang kondusif menumbuhkan tingkat kepercayaan konsumen. Hal ini antara lain tercermin dari penjualan produk pangan olahan, makanan jadi, dan minuman, yang tumbuh 20 persen pada Mei-Juni.
Angka pertumbuhannya lebih baik dibandingkan periode menjelang Lebaran 2017.
"Penjualan produk makanan dan minuman rata-rata Rp 150 triliun per bulan. Selama Mei dan Juni ini diperkirakan bisa naik sekitar 20 persen," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman di Jakarta, Senin (18/6/2018).
Tahun lalu, tambah Adhi, ada keraguan konsumen sehingga mereka cenderung menahan belanja. Akibatnya, penjualan makanan dan minuman selama periode menjelang Lebaran tahun lalu hanya tumbuh 5 persen.
Adhi menambahkan, kebijakan pemerintah memberikan gaji ke-13 kepada pegawai negeri sipil (PNS) dan libur Idul Fitri yang mendahului hari masuk sekolah juga mendorong peningkatan konsumsi atau penjualan produk makanan dan minuman.
"Tahun lalu pengembalian barang tidak terjual cukup banyak. Tahun ini, pengembalian barang tak terjual kelihatannya sedikit. Justru banyak stok barang tertentu yang kosong," kata Adhi.
Secara terpisah, Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Belanja Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, rata-rata penjualan produk ritel pada Mei dan Juni bisa meningkat 11-15 persen. Kondisi itu lebih baik dari tahun lalu yang naik kurang dari 10 persen.
Situasi ini, tambah Budihardjo, antara lain didukung sejumlah kebijakan pemerintah yang mendorong konsumsi masyarakat dan kegiatan ekonomi. Kebijakan itu antara lain berupa pembangunan infrastruktur yang berdampak positif terhadap efisiensi transportasi dan distribusi.
Sementara itu, ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara meyakini rutinitas tahunan cuti lebaran tahun ini berdampak positif bagi konsumsi rumah tangga. “Kombinasi panjangnya cuti bersama dan THR untuk PNS bisa memicu pertumbuhan konsumsi rumah tangga 5,1-5,2 persen pada triwulan II-2018,” ujarnya.
Pada triwulan I-2018, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,95 persen. Tahun lalu, pada periode yang sama, tumbuh 4,94 persen. Sementara pada triwulan IV-2017, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 persen. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,3-5,4 persen pada tahun ini, diperlukan percepatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tiga triwulan berikutnya.
Kredit konsumsi
Penggunaan kartu kredit untuk belanja atau konsumsi pada periode Ramadhan dan libur Lebaran cenderung meningkat. Hal ini perlu dipantau untuk menghindari kredit macet.
General Manager Asosiasi Kartu Kredit Indonesia Steve Martha mengatakan, angka kredit macet (NPL) cenderung meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi selama libur Lebaran. “Meskipun tidak berbanding lurus, kenaikan NPL akan ada. Biasanya terlihat dalam waktu minimal tiga bulan kemudian,” ujarnya, Senin.
Steve berharap, NPL bisa dijaga pada kisaran 4-5 persen pada triwulan II-2018. Untuk meredam kenaikan NPL, perbankan perlu menerapkan prinsip kehati-hatian.
Direktur Consumer Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengatakan, pihaknya menyiapkan tim pemantau dan pengingat pembayaran nasabah kartu kredit CIMB Niaga.
Adapun CEO Citi Indonesia Batara Sianturi akan memantau indikator kredit pada sektor ritel, korporasi, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). NPL dari kredit konsumsi Ramadhan-Lebaran 2018 untuk sektor ritel baru terbaca pada 1-2 bulan mendatang. (FER/DIM/JUD)