JAKARTA, KOMPAS--Enam BUMN di bidang karya dan konstruksi optimistis meraih laba Rp 14 triliun tahun ini. Laba itu diperoleh dari beberapa proyek yang sudah selesai dikerjakan, di antaranya pembangunan jalur kereta, kereta ringan cepat atau LRT, serta jalan arteri dan tol.
Keenam BUMN itu adalah PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
"Sebenarnya target laba Rp 13 triliun. Di triwulan I-2018, laba yang diraih Rp 3 triliun. Jadi kami optimistis laba bisa lebih besar lagi, yakni hingga Rp 14 triliun," kata Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Ahmad Bambang, di Jakarta, Senin (18/6/2018).
Ahmad menambahkan, pertumbuhan kinerja tahun ini didorong investasi.
"Kami menargetkan tahun ini aset BUMN naik 30 persen, laba naik 46 persen, dan belanja modal naik 44 persen," katanya.
Ahmad mengakui, proyek-proyek infrastruktur yang masif dikerjakan BUMN bidang karya menyebabkan utang keenam BUMN itu juga meningkat. "Tidak mungkin membangun dengan dana internal karena tidak akan mampu. Jadi harus berutang," tambah Ahmad.
Sekretaris Kementerian BUMN Imam Apriyanto Putro menjelaskan, total utang BUMN sebesar Rp 4.825 triliun pada 2017. Utang itu termasuk utang BUMN perbankan. Posisi utang itu meningkat 38 persen dibandingkan dengan 2014 yang sebesar Rp 3.488 triliun.
Ahmad menambahkan, dalam lima tahun terakhir, BUMN karya meningkatkan jumlah utang mereka karena setiap proyek hanya menggunakan dana internal sebesar 30 persen. Adapun sisanya dari pinjaman perbankan, obligasi, dan sumber dana lainnya. "Misalnya, Jasa Marga telah menerbitkan Komodo Bonds di London, Inggris, pinjaman dari sindikasi perbankan, dan lainnya," jelas Ahmad.
Alternatif pembiayaan melalui sekuritisasi aset juga dilakukan Waskita Karya. Waskita menjual saham jalan tol miliknya untuk membiayai pembangunan jalan tol lain.
BUMN juga mengeluarkan reksa dana penyertaan terbatas, dan mengubah reksa dana menjadi modal penyertaan untuk mengurangi beban.
Ahmad menambahkan, Kementerian BUMN mengawasi dan mendampingi proses tersebut sebaik mungkin. Dengan cara itu, seluruh perusahaan pelat merah dapat selalu menjaga kesehatan perusahaannya.
Direktur Utama Hutama Karya, Bintang Perbowo, menjelaskan, pada triwulan I-2018, pendapatan usaha Hutama Karya tumbuh 110 persen menjadi Rp 4,8 triliun. Adapun laba bersih yang dibukukan Rp 200 miliar.
"Kami sedang mendapat penugasan untuk membangun Tol Trans Sumatera sepanjang 2.700 kilometer, antara Bakauheni-Aceh. Beberapa ruas sudah selesai. Aset Hutama Karya saat ini Rp 49 triliun. Kenaikan utang akan sama dengan kenaikan aset dan penjualan. Kami selalu diawasi agar utang kami tetap hati-hati dan sehat," kata Bintang.
Direktur Utama Adhi Karya Budiharto menjelaskan, Adhi ikut berinvestasi pada proyek LRT Jabodebek sepanjang 44 kilometer yang sedang dibangun.
"Dari modal pembangunan Rp 21 triliun, Adhi berkontribusi Rp 4 triliun. Jadi kami tidak hanya menjadi kontraktor tetapi juga menjadi investor," kata Budiharto.