Bagaimana Memisahkan Keuangan Rumah Tangga dan Bisnis?
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
Ketika kita memutuskan berbisnis, apakah itu menjual pecel lele, baju anak, dan kue kering, maka ada transaksi-transaksi keuangan baru yang mencerminkan arus uang keluar dan masuk.
Ambil contoh, ada transaksi pembelian bahan baku, seperti tepung, lele, atau baju. Ada juga transaksi hasil penjualan, transaksi biaya lain, seperti biaya pengiriman dan biaya pengepakan.
Transaksi-transaksi tersebut berbeda dengan transaksi rumah tangga sebagaimana biasanya. Di antaranya transaksi penerimaan, seperti gaji, dan transaksi pengeluaran, seperti biaya keperluan dapur dan biaya sekolah anak.
Jadi, setelah berbisnis, apakah itu bisnis utama atau bisnis sampingan, sebenarnya kita memiliki dua pembukuan. Pertama, pembukuan rumah tangga. Kedua, pembukuan usaha atau bisnis.
Pembukuan rumah tangga berisi aliran uang keluar dan masuk untuk keperluan rumah tangga, dan pembukuan bisnis berisi uang keluar dan masuk untuk keperluan bisnis.
Celakanya, banyak pebisnis yang tidak memisahkan kedua jenis aliran dana tersebut. Tidak dipisahkan antara transaksi rumah tangga dan transaksi bisnis. Akibatnya, hasil bisnis tidak dapat diketahui apakah ada keuntungan, kerugian, atas pas-pasan saja.
Sebaiknya, ketika kita mulai berbisnis dan memiliki dua jenis aliran uang, segera pisahkan keuangan keluarga dengan keuangan bisnis. Dengan demikian, terlihat berapa uang yang kita keluarkan atau berapa uang yang kita dapat dari hasil bisnis tersebut.
Caranya adalah membuat dua rekening terpisah. Ambil contoh, dari bisnis yang bermodal Rp 1 juta, didapat keuntungan Rp 300.000. Uang keuntungan tersebut, baru dapat kita pindahkan ke rekening keluarga untuk memenuhi kebutuhan.
Jika tidak ada pemisahan, bisa jadi modal yang Rp 1 juta pun ikut tergerus dan akhirnya kita tidak lagi memiliki modal usaha karena sudah digunakan untuk keperluan keluarga. Memiliki rekening berbeda juga membuat kita dapat melihat apakah transaksi bisnis lebih banyak biaya yang dikeluarkan atau lebih banyak pemasukan.
Banyak bisnis yang bermula dari transaksi kecil, lalu akhirnya menjadi besar. Ketika bisnis sudah semakin besar, tidak ada salahnya menyewa tenaga khusus untuk mengurus pembukuan sehingga administrasi keuangan menjadi semakin rapi.
Badan hukum
Seiring perkembangan bisnis, pada suatu titik kita akan memerlukan pembentukan badan hukum yang tepat untuk kegiatan bisnis yang kita jalankan. Apakah badan hukum itu berbentuk commanditaire vennootschap atau persekutuan komanditer (CV), firma, atau perusahaan terbatas (PT).
Pembentukan badan hukum juga menjadikan kita, sebagai pemilik bisnis, lebih tertib administrasi dan tertib pajak. Ketika mulai berbisnis dengan perusahaan lebih besar, biasanya mereka juga meminta nomor pokok wajib pajak, surat izin domisi, atau surat keterangan lain yang mencerminkan bahwa usaha yang kita miliki benar ada dan sudah mengikuti persyaratan secara administratif.
Bagaimana membentuk badan hukum? Untuk itu, kita tentu dapat meminta bantuan notaris.